Cinta Tak akan Salah Memilih
Oleh: Dita Anggita
Warning!!
: cerita ini diisi
dengan pov beberapa tokoh. Jadi silahkan baca tafsirkan sendiri siapa yang
sedang berbicara J
***
“Ayolah
Pap Al,, pleasseee” rajuk Aira, anak gadisku satu-satunya ini disertai dengan
puppy eyesnya “apa Pap lupa ya, dulu yang buat Pap Al bisa nikah sama Bunda
Dira siapa?”
“Hmm”
aku hanya bergumam tanpa megalihkan perhatianku dari berkas-berkas yang
menumpuk di mejaku
“Siapa
yang bisa maksa Bunda buat pergi honeymoon hingga akhirnya bisa lahir sikembar
Angga-Anggi?”
“hmm”
“PAP
AL!!!!”
Aku
menghembuskan nafas panjang “Sayang, Papa sudah kehabisan ide untuk permintaan
kamu yang satu itu” jawabku
“o
jadi papa juga lupa ya? Bagaimana….”
“okee..
okeee…okee” potongku cepat “puas kamu?”
Aira
tersenyum dengan mata yang berbinar.
“thanks
Pap Al” ujarnya sambil mencium pipiku. Benar-benar merepotkan memang punya anak
gadis yang lagi kasmaran. Setiap hari menyuruhku membawa pria yang disukainya
kerumah dengan berbagai alasan. Membuatku harus menebalkan mukaku setebal-tebalnya.
Untungnya aku mencintai anak gadisku itu sehingga, apapun permintaanya tak bisa
kutolak, apalagi memang benar, jasanya meyatukan hubunganku dengan istriku
besar sekali. zzzZzz anak gadis pintar yang nakal.
***
Akhir-akhir
ini pekerjaanku jadi bertambah berat saja. Dua bulan yang lalu aku resmi jadi
dokter specialis jantung. Dan hingga saat ini rasanya semakin banyak saja
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit ini. Namun, yang membuatku lelah adalah
pasien-pasienku yang sebenarnya dalam keadaan baik-baik saja selalu beralibi
bahwa jantungnya sering tiba-tiba berdebar.
“Ini
aneh sekali dok, saya sudah periksa kesana-kemari dan hasilnya selalu sama
jantung saya selalu berdebar-debar” ucap pasien didepanku ini. “apalagi saat
didekat dengan dokter” lanjutnya lagi dengan genit. Aku memutarkan bola mataku
bosan.
“mungkin ibu terlalu
banyak makan kali makanya obesitas terus jantungnya bermasalah deh”
Oh demi Tuhan!
Jangan Lagi!!
“bu, asal ibu tahu saja
yah, dokter Nathan ini adalah tunangan saya! Mohon ibu sebagai janda beranak
satu jangan gatel sama calon suami orang, kalo tidak saya tidak akan
segan-segan melaporkan ibu ke pihak yang berwajib”
Bunuh saja aku! Demi
apa anak ini benar-benar! Kulihat wajah pasienku yang sudah sangat merah
menahan kekesalannya. Tapi aku tahu dia tidak akan berani membentak atau
melawan anak itu, bagaimana pun anak itu memiliki citra yang buruk di rumah
sakit ini.
“silahkan bu, pintu
keluarnya disana!”
Tanpa ba-bi-bu ibu
itupun pergi dengan menghentakkan kaki. Anak itu tertawa dengan dengan
seringaian liciknya, yang membuatku bergidik.
“apa
kamu pikir aku akan berterima kasih?” kataku dingin
“memang
seharusnya seperti itu kan?” jawabnya dengan cengiran lebarnya “calon imamku
apa kabar?” tanyanya tanpa dosa
“sudah
kubilang jangan memanggilku begitu!” geramku “aku sudah bertunangan”
“dan
aku gapeduli” lagi-lagi dengan jawaban so polosnya
“tapi
aku peduli Aira! Ku mohon berhentilah mengganggu hidupku!” ucapku dengan
tatapan mata tajam. Namun bukannya takut, dia malah tersenyum lebih lebar.
“dokter,
aku tahu dokter sangat mencintai tante Radisti. Tapi harusnya dokter juga sadar
kalau tante Radisti itu sudah tidak akan kembali ke Indonesia!”
“jaga
mulut kamu! Apa kamu cenayang? Seenaknya saja mengatakan hal yang tidak-tidak” bentakku
“dokter,
aku tidak mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku mengatakan hal yang
iya-iya.” Katanya sambil duduk disofa
dan merebahkan kepalanya dengan sangat nyaman. Apa anak itu tidak tahu malu?
Atau memang dia tidak punya malu? Kata-kata setajam apa yang bisa membuatnya
takut atau segan kepadaku? “selamanya aku akan selalu berada disini untuk
menjaga hati dokter” gumamnya “suatu saat dokter pasti akan membutuhkanku
disaat kebenaran itu nyata”
Aku
hanya menatapnya tak percaya. Anak itu benar-benar Freak!
***
“Bunda
denger kamu kembali mengusir pasiennya dokter Nathan ya?” tanya bunda padaku
saat kami sedang makan malam.
“he-em”jawabku
sambil menyendokkan nasi ke mulutku
“sampai
kapan sih Ai kamu mengganggu dokter Nathan terus? Bunda kasian sama dokter
Nathan selau direcoki sama kamu”
“sampai
dokter Nathan jatuh cinta padaku” jawabku santai
“dokter
Nathan itu sudah tunangan Ai”
“aku
tahu” jawabku cepat “makanya aku akan selalu ada disisi dokter Nathan untuk
melindunginya”
Bunda
dan Pap Al mengerutkan keningnya tak mengerti. Aku hanya memutarkan bola
mataku.
“sudahlah
bunda dan Pap tidak perlu khawatir, aku hanya melakukan apa yang seharusnya
kulakukan”
“aku
benar-benar tidak mengerti jalan pikiran anakmu Dir” kata Pap Al akhirnya
setelah dari tadi hanya menyimak
“jangankan
kamu, akupun tak mengerti”
Aku
hanya tersenyum. Lalu membereskan piring bekas makanku dan mencium bunda dan
pap Al bergantian
“sayang
kalian” cup.
***
Kalian
pasti ingin tahu kan kenapa aku sangat mencintai dokter Nathan. Aku sudah jatuh
cinta padanya semenjak aku masih tinggal dengan nenek. Dokter Nathan adalah
anaknya sopir di rumah nenek dulu. Saat usiaku 6 tahun, usianya sudah 18 tahun.
Dia sangat sayang padaku, pada awalnya. Setiap pulang sekolah yang pertama kali
dia cari adalah keberadaanku, selalu begitu. Dia selalu mengajaku bermain dan
membelikanku cokelat kesukaanku. Lalu entah ia sengaja atau tidak dia selalu
menceritakan kisah cintanya yang menyedihkan dengan seorang gadis yang sangat
dia cintai, namanya Radisti. Sejak saat itu, setiap dia menceritakkan
kegundahan hatinya, aku merasa kalau aku jadi cewenya aku nggak akan pernah
menyakitinya. Tanpa dia sadari, aku sangat mengerti apa yang dia ceritakkan
padaku. Aku lebih mengerti perasaanya bahkan saat usiaku mungkin dipandangnya
usia yang pasti tidak akan mengerti apa-apa. Aku masih ingat saat dia menangis
sambil memelukku ketika kekasihnya memutuskan pergi ke Paris untuk melanjutkan
studinya.
“Ai,
aku gak akan pernah tahu kalau gaada kamu disini, apa yang akan kulakukan. Memelukmu
begini aku sangat berharap kau adalah gadis dewasa yang siap menghapus air
mataku dan mengisi relung hatiku”
Kata-kata
itulah yang akhirnya membuatku jatuh cinta padanya. Dan memutuskan untuk selalu
menghapus air matanya juga siap mengisi relung hatinya.
***
“Ai, aku gak akan pernah tahu kalau
gaada kamu disini, apa yang akan kulakukan. Memelukmu begini aku sangat
berharap kau adalah gadis dewasa yang siap menghapus air mataku dan mengisi
relung hatiku”
Jika
aku ditanya apa yang kusesali dalam hidupku selama 32 tahun ini adalah pernah
mengucapkan kata-kata itu! mana tahu aku anak umur enam tahun sudah mengerti
pernyataan yang berat yang bahkan anak SMP saja perlu mencernanya dulu beberapa
tahap. Aira. Anak itu benar-benar ajaib. Aku tak habis pikir, kenapa dulu aku
selalu menceritakan kisah bodohku itu padanya.
“sampai
kapan kamu akan menatapku seperti itu terus?!” kataku jengah saat dia terus
melihatiku sambil senyum-senyum ga jelas.
“sampai
aku menutup mata, dok” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya sediktpun
dariku. Aku hanya memutarkan mata bosan. “aku tuh bawaanya seneng gitu dok
kalau liat dokter. Rasanya dokter benar-benar mengalihkan duniaku”
Aku
tak menghiraukannya. Biarlah dia berkata semaunya. Sabar Nathan! Aggap saja
kaset rusak.
“Aku
bersumpah dok, aku tak pernah jatuh cinta sama pria manapun semenjak aku
mendngar keinginan terpendam dokter 14 tahun yang lalu”
Apa-apaan
itu! Keinginan terpendam?
“sejak
itu aku berjanji, bahwa aku akan menjadi seperti apa yang dokter inginkan”
God!
“tapi,
sayangnya dokter terlalu pemalu untuk mengaui bahwa dokter telah jatuh pada
anak kecil berusia 6 tahun saat dokter berusia 18 tahun”
Terus
aja ngomong sampai berbusa tu mulut
“aku
juga bersumpah bahwa aku akan menjauhkan dokter dari wanita yang telah membuat
dokter patah hati”
Sekate-kate
lu aja deh
“dok..
?”
Nggak
denger.
“dokkkkkkk”
Sudah
kubilang aku tidak mendengarmu bocah kecil.
“kak
Nanat!”
Aku
menatapnya dengan tajam
“jangan
pernah kamu berani memanggilku dengan panggilan itu” kataku penuh penekanan.
Hanya
Disti yang boleh memanggilku seperti itu. Disti. Gadisku. Cinta pertamaku.
Dimana kamu sebenarnya? Apa kamu lupa kalau dulu kita pernah berjanji untuk
saling mencintai selamanya. Lihat, Dis! Aku sudah jadi dokter seperti yang kamu
mau!
“abisnya
dokter ga nyaut-nyaut sih aku panggil! Kan betein!”
“hhmm”
gumamku. Malas untuk berdebat.
“kak
Disti akan kembali ke Indonesia bulan depan”
“hmm”
Tunggu!
Apa katanya?
“ka-kamu
serius?” tanyaku dengan nafas yang memburu.
“iyaa
dok” jawabnya lesu. Lalu menundukkan kepalanya ke meja. Disti akan pulang ke
Indonesia? Benarkah? Oh, betapa aku merindukkan gadisku itu!
Tapi,
tunggu! Kalau memang Disti akan kembali ke Indonesia, kenapa pula anak ini
harus memberi tahuku? Harusnya dia berusaha menutupinya dariku dong. Ada yang
aneh. Aku menatapnya yang sedang menempelkan kepalanya di meja. Kulihat
punggungnya bergetar. Sial!
“kamu
bohongin saya?” tanyaku kesal
“hahahahahahhaaha”
“nggak
lucu!”
“hahaha
segi haa tuu senengnya yaa Kak Disti pulang ahahahah” ucapnya tak berhenti
tertawa. Kurang ajar! Aku dibohongi anak kecil. Dengan kesal aku bangkit dari
kursi dan meninggakannya yang sedang tertawa sendirian persis orang gila.
Dia
pikir cintaku ini main-mainannya apa? Anak kecil selalu ikut campur urusan
orang dewasa. Bahkan semenjak dia masih dibawah umur. Ah benar-benar sial
nasibku! Di tinggal pacar keluar negeri! Sudah begitu diikuti bocah kecil
kurang kerjaan. Arrggghhh. Aku mengacak rambutku frustasi
“Nanat”
Anak
itu benar-benar ga kapok ya ngerjain aku. Harus kuberi pelajaran anak ini.
“sudah
kubilangkan jangan memenggilku be….” Aku terpaku ditempat saat aku menengadahkan
kepalaku. Mata itu. bibir itu. senyum itu.
“Disti”
***
Hahahaha
Aku
puas sekali mengerjai dokter Nathan. Sekali-kali memang dia harus bisa jadi
hiburan buatku. Jangan bisanya Cuma marah-marah mulu. Yah, meskipun dia juga
marah sih sebenarnya. Tapi , justru itu, ketika marah kadar ketampanannya
menjadi semakin bertambah.
Kira-kira
dokter Nathan kabur kemana ya? Ah paling ga jauh-jauh dari sini juga!
Sepertinya aku harus mengikutinya sebelum dia di culik macan-macan betina
diluar sana! Bhahahaha aku tidak bisa berhenti tertawa saat melihat ekpresi
kekeselannya sambil berjalan dia mengacak rambutnya begitu frustasi. Ahh jadi
pengen ngacak-ngacak rambutnya!
“Nanat”
teriakku dari belakangnya
“Disti”
Deg!!
aku
terpaku ditempat. Wanita cantik itu. wanita cantik itu kenapa ada disini?
“hy
Nat” sapa kak Disti sambil tersenyum hangat “long time no see”
Aku
melihat dokter Nathan tidak bergeming sedikitpun. Seakan yang ada dihadapnnya
adalah mimpi dan ia enggan untuk bergerak karena takut saat ia bergerak
mimpinya akan hilang.
Aku
melihat pergerakan kak Disti yang lambat lalu mendekati dokter Nathan. Apa yang
akan ia lakukan?
Oh
God! Aku menutup mataku.
Kak
Disti memeluk dokter Nathan. Dan aku melihat pertahan keduanya runtuh. Mereka
berdua sama-sama menangis. Tidak! Aku juga ikut menangis. Aku merasakan dadaku
nyeri.
Sakiiiiiitttt.
Melihat orang yang kau cintai memeluk wanita yang selalu menyakitinya dengan
penuh kerinduan.
***
“gue
sih tahu kalau sebenarnya, cepat-lambat hal ini juga akan terjadi” kata Devan
saat aku sedang menangis meratapi tragisnya cintaku.
“lo
gila ya ! harusnya lo hibur sahabat kita” bentak Ella pada Devan
“yee
gue mah bilang fakta kali!” jawab Devan gak mau kalah
“huuhuhuee..”
tangisku makin kenceng
“eloo
sih”
“eloooo
kali”
“eloo”
“eloo”
“HUAAAAA!!!
HUEEEE!! NASIB GUE GINI BANGET. DIPATAHIN HATI! DIRECOKIN KALIAN BERDUA LAGI”
teriakku kesal
“biar
gue yang bicara sama dia!” kata Rafi, sahabatku yang paling pendiem “Ra Sakit
bange ya?” tanyanya bego. Iyalah! Menurut lo?
“gue..
ada sedikit solusi nih. Tapi gak tahu deh manjur apa enggak ama tuh dokter”
katanya lagi.
“apaan?”
jawabku masih dengan isakkan yang bertubi-tubi
“berbahagialah
dengan kedatangan wanita itu. ucapkan selamat dan mulai sekarang jadilah
temannya dan dukung hubungan mereka”
Aku
menatapnya tak percaya. Apa-apaan dia!
“LO
GILA!!” teriakku, Ella dan Devan berbarengan.
***
Saat
orang yang kau cintai ada disisimu. Apalagi yang kau rasakan selain bahagia.
Ya. Itulah yang kurasakan saat ini. gadisku. Ada disini, bersamaku,
disampingku. Menemaniku bekerja.
“aku
nggak pernah nyangka, kamu benar-benar jadi dokter Nat.” katanya tersenyum
“padahal aku selau menyangsikannya, mengingat dulu kamu,,,”
“ya.
Aku hanya anak tukang supir dan karena itu kamu meninggalkanku” kataku dengan
nada kesal. Namun , bukan kesal dalam arti yang sebenarnya. Aku tidak pernah kesal
padanya. Dari dulu bahkan saat dia meninggalkanku karena alasan materi. Aku
hanya berpikir bahwa wanita memang seharusnya realistis.
“maafin
aku ya Nat!” kayanya penuh penyesalan “aku banyak menyesal karena telah
meyakiti kamu”
“its
ok my Lady” kataku sambil mengacak puncak kepalanya.
“kebiasaan”
jawabnya sambil memberengut “Nat, emm aku ke apartement kamua aja ya, bête juga
seharian ngeliat kamu kerja dan sibuk dengan ibu-ibu rempong. Lagian aku juga
ingin masak”
Aku
tersenyum mendengar perkataannya
“all
do you want baby”
Disti
pun beranjak dari ruanganku. Aku menatapnya sampai dia menghilang dibalik
pintu, kemudian aku melanjutkan pekerjaanku. Belum lima menit pintu ruanganku
sudah terbuka kembali. Dasar Disti, pasti dia takut di apartement sendiri
“ko
balik la..? aku menghentikan senyumku saat yang kulihat adlah bocah itu lagi.
Ngapain sih dia? “ada apa” tanyaku dengan ketus
“gitu
banget sih dok ngomennya” katanya dengan semyuman lebarnya seperti biasa “
Lagian nih ya dok, orang jatuh cinta tuh harusnya moodnya bagus, lah dokter
kerjaanya marah-marah mulu”
“hmm”
jawabku malas
“dok..
maaf ya kemarin aku bercandain dokter” ucapnya terlihat dengan tulus. Aku
menaikkan sebelah alisku. “aku tahu aku sudah keterlaluan” dia menunduk semakin
dalam “gara-gara bercandaanku, ka Disti jadi datang beneran.” Dia menghela
nafas panjng “bener ya dok ucapan itu ternyata adalah doa”
“intinya
kamu mau ngomong apa?” tanyaku yang tidak tahan melihat muka memelasnya
“dok..
aku melihat dokter sangat bahagia bertemu dengan Kak Disti”
Ya
jelas. Dia pacarku.
“dan
aku ikut bahagia, jika dokter juga bahagia. Kata orang melihat orang yang kita
cintai bahagia itu kita juga bahagia dok, begitupun aku. Aku cuma mau ngucapin
selamat ya dok atas kembalinya kak Disti ke sisi dokter”
Aku
menatapnya dengan takjub. Kupikir dia hanya punya pikiran-pikirn gila. Tapi
ternyata dia juga punya sisi yang tidak diketahui.
“oh
ya dok. Mau gak dok mulai saat ini kita berteman?” tanyanya dengan nada yang
ringan
“hah?”
jawabku masih tak dapat berkata-kata
“aku
janji dok, tidak akan mengganggu hubungan dokter dan kak Disti, aku juga tidak
akan mengejar-ngejar dokter lagi. Janji” katanya sambil membentuk jarinya
membentuk huruf V
“ini
nggak ada udang dibalik batu kan?” tanyaku tetap hati-hati.
“ya
ampun dok, segitu sentimennya ya sama aku” katanya sambil menundukka kepalanya.
Aku melihat luka kecewa dimatanya. Apa aku benaran jahat? Apa aku harus menerima
ajakkannya untuk berteman?
“ini
murni karena aku nggak ingin kita memiliki hubungan yang jelek. Kalaupun aku
tidak bisa memiliki hatimu dok, setidaknya aku bisa berteman dengan dokter”
Apa
aku sejahat itu ya? Aku menghembuskan nafas berat.
“janji
nggak akan gangguin aku lagi atau menyakiti Disti?” kataku akhirnya. Kulihat
matanya berbinar penuh kesengan.
“janji
dok” jawabnya semangat. “tapi dokter juga harus janji harus memperlakukanku
sebagai teman. Jangan marah terus kalau aku nanya. Kita harus bekerja sama
untuk membangun pertemanan ini ya dok?”
Kok
aku jadi merasa lebih seram begini ya?
“harus
ya kaya gitu?” jawabku bego
“apa
dokter lebih suka dikejar?” jawabnya dengan usil
Membayangkannya
saja membuatku bergidik.
“baiklah”
kataku akhirnya. Dia tersenyum bahgia lalu bangkit dari kursi dan menyodorkan
tangan kanannya padaku. Aku menatapnya bingung.
“apa?”
tanyaku
“kan
kita berteman. Jadi kita salaman”
Oh
ya ampun! Dasar bocah!!! Dengan muka cengo akupun menjabat tangannya, dan cengirannya
semakin lebar, selebar rasa ngeriku menjabat tangannya.
***
“berteman”
ucapku puas. “mulai saat ini Aira Dika Maharani resmi bersama dengan Nathan
Yoga Pratama” tjah!!
Yes!!
Rencana satu. Completely.
“ya
sudah karena kita sudah berteman, sekarang kamu pergi” katanya meskipun masih
dengan nada yang digin, namun perubahan ini membuatku bahagia. Aku harus
mentraktir Si Raffi ini berkat ide gila yang semula ku tolak.
Aku
menggelengkan kepalaku
“nggak
mau”
Dia
mengerutka kening
“aku
disini berkewajiban menjaga dokter dari macan-macan betina yang siap untuk
menerkammu menjadi mangsa dok” jawabku
“Ai,
kamu harus kuliah” katanya datar
Ai!
Oh God! Ini pertama kalinya dokter Nathan manggil aku dengan sebutan Ai semenjak aku masih kecil. Hanya
orang-orang yang dekat denganku saja yang memanggilku Ai. Dan kalian tahu arti
Ai? dalam bahasa jepang Ai itu adalah cinta. Ah. Senangnya diriku.
“aku
kan sedang liburan dok”jawabku dengan
cengiran tolol “sebagai teman, aku ingin bisa memolong temanku yang kesulitan
dok”
“ah
kamu pasti modus saja. Yasudah tapi! Kamu harus ingat perjanjian kita”
“siap
bos” kataku sambil mengangkat tangan ke atas kepalaku seperti para perwira.
***
“selamat
siang dokter, selamat siang kak Disti” kata seorang gadis yang kuketahui
bernama Aira. Aku tidak pernah tahu bahwa Nathan punya teman seorang gadis
muda, mana gadis itu cantik lagi. Sial banget sih aku. Selama 14 tahun ini bisa
saja kan sebenarnya Nathan jatuh cinta padanya. Tidk sulit kurasa untuk jatuh cinta
pada gadis itu, mengingat dia juga anak yang menyenangkan. Tapi aku tidak suka
dengan kehadirannya. Dia selalu saja menggangu moment berharga dengan Nathan.
Seperti saat ini, saat aku sedang makan siang berdua dengan Nathan di kantin
rumah Sakit.
“siang
Ai” jawab Nathan sambil tersenyum hangat. Menjijikan. “siang ini bawa makan
siang apa untuk kita?”
“aku
Cuma bawa omelet kak. Abisnya bunda katanya buru-buru mau ada operasi” jawabnya
sok merajuk. Entah kenapa dia seperti sedang mencri-cari perhatian Nathan.
“kamu
lain kali belajar masak aja sama Disti. Dia jagonya masak lo” Aira hanya
membulatkan matanya tanda terkejut lalu tiba-tiba dia mentapku sambil tersenyum
lebar
“benarkah?”
tanyanya padaku dengan nada antusias “kak,
ajarin aku masak dong. Aku ingin bisa masak sebelum aku nikah. Aku ingin
nanti suamiku menikmati masakanku bukan masakan koki restaurant”
“aku
juga tidak terlalu pandai memasak ko” jawabku mencoba terlihat merendah
dihadapan Nathan. Sebencinya aku sama gadis itu, aku tidak akan menunjukkan di
depan Nathan.
“kamu
itu selalu begitu. Padahal masakkannya menurutku lebih enak dari makanan di
restaurant favoritku” puji Nathan tulus ‘pokoknya Dis, kamu abis ini ajarin dia
masak, aku kasian sama pria yang jadi suaminya nanti. Abis ini kamu ga usah
jadi asisten aku Ai, kalian belajar masak saja”
“di
apartement kamu?” tanyaku tidak yakin
Nathan
mengannguk
“di
apartement dokter Nathan?” teriak gadis itu kegirangan “demi apa selama empat
tahun mengejarmu dok, aku tidak pernah terpikirkan untuk mengejarmu sampai ke
apartement” Aira berteriak kegirangan sambil loncat-loncat
“mengejarmu?”
tanyaku dengan tatapan tajam pada Nathan
“ya
gitudeh. Dia itu dulu sebelum kamu datang selalu menggangguku dengan
menyebalkan. Tapi setelah kamu datang dia jadi anak yang manis” kata Nathan
sambil mengacak rambut Aira. Dan dengan muka innocentnya, anak itu tersipu
malu-malu bagi anak anjing.
“apa
akamu bodoh nat! dia itu ngemodusin kamu biar bisa dekat-dekat sam kamu!”
teriakku kesal. Nathan dan Aira tampak terkejut dengan perkataanku.
“maksud
kamu?” tanya Nathan
“ya
kamu pikir aja sendiri!” kataku sambil beranjak
“kamu
mau kemana?” Nathan memegang tanganku
“sebelum
kamu usir anak ini dari kehidupan kamu, aku akan pergi lagi dari kamu!
Selamanya!” ucapku tegas lalu menghentakkan tanganku dan pergi meninggalkan
mereka berdua.
***
Dasar
bodoh! Kenapa aku bisa keceplosan segala bilang gitu dihadapan nenek sihir itu!
well sampai beberapa menit berlalu aku biasa menyebutnya dengan bidadari
kesayangan Nathan, tapi semenjak dia berubah seperti ular berbisa. Bagaimana
bisa perempuan tua itu menyuruhku untuk menjauhi dokter Nathan. Mengikuti
dokter Nathan kemanapun itu sudah jadi rutinitasku. Jangan harap aku akan
megalah begitu saja padamu nenek sihir!
“dok”
katajku dengan suara memelas. Asli ini aku tidak sedang sedang bersandiwara.
Aku sedang memelas belas cinta dari dokter Nathan.
“ini
keputusan yang berat untukku Ai.” Katanya menghembuska nafas panjang “kamu tahu
kan Disti itu adalah wanita yang sngat aku cintai” aku mengangguk lemah “tapi
aku juga tidak berbohong, kalu aku mulai menyukai kamu dengan sikap yang
seperti ini” aku mengangguk sekali lagi. “tapi, aku sudah kehilangan Disti dulu
dan aku tidak mau itu terulang lagi untuk yang kesekian kalinya” mataku tersa
memanas, seperti air mata telah menggenang di pelupuk mataku. “maafkan aku,
sebaiknya kamu mengurus hidupmu sendiri mulai sekarang” perlahan air mataku
mulai turun “setidaknya kita pernah berteman, jadi aku tidak terlalu mersa
bersalh walau pada kenyataanya aku memang meraa bersalah” air mata semakin
berlomba-lomba menuruni pipiku. Aku tidak dapat berkata apa-apa. Adalah justru perpisahan seperti ini yang lebih
menyakitkan. Disaat orang yang kita cintai sudah mulai menyukai kita tapi dia
harus meninggalkan kita, sakitnya melebihi saat dia menolakku ribuan kali.
Pelahan jemarinya menghapus air mata di piiku. Dia menatapku sambil tersenyum,
mengusap kepalaku sebelum pergi . pergi meninggalkanku sendirian. pergi mebawa
separuh hatiku bersamanya.
***
Ini
adalah minggu kedua aku benar-benar kehilangan cinta sejatiku. Aku benar-benar
hancur. Semuanya menjadi tidak berguna untukku. Bunda dan Pap Al bahkan sampai
menangisi keadaanku yang serba kacau balau begini. Raffi bahkan mengutuk
dirinya sendiri karena menyarankanku untuk berteman dengan dokter Nathan. Semua
orang mengkhawatirkanku.
“sayang,
ada Devan tuh sama Ella diluar” teriak Bunda “katanya mereka mau ngajak kamu ke
pantai. Keluar ya sayang, cari udar segar”
“gak
mau” teriakku
“kata
mereka, mereka tahu tempat penyu yang paling cantik sayang” teriak bunda lagi
“aku
gak tertarik sama penyu bun, bunda lebih tahu apa yang aku buthkan sekarang”
“sayang,
kalu kamu gini terus kamu bisa sakit. kalu kamu sakit bunda ga akan melakukan
apapun. Bunda juga akan diam, mengurung diri di kamar kaya kamu”
Aku
bangkit dari kasurku dan membuka pintu dengan pilu. Aku menatap bunda yang
kelihatan kacau. Kemna bundaku yang cantik seperti biasanya? Apa beunda begini
gara-gara aku? Aku meneteskan air mata dan memeluk Bunda.
“maafin
aku bunda” isakku tergugu
“iya
sayang. Sekarang kmu ikut Devan dan Ella ya, kalian bebas mau pergi keman aja,
asalkan ke tempat yang bermanfaat” kata bunda. Aku mengangguk, menhiyakan
perkataan bunda.
***
“lo
yakin kita ke tempat beginian?” tanya Devan saat kami sedang berada di taman
bermain anak-anak “patah hati membuat lo jadi frustasi pengen punya anak?”
“ish
bego!” hardik Ella sambil memukul kepala Devan “Aira itu ingin mencari suasana
dimana tidak ada orang-orang yang memiliki nasib sam sepertinya. Bego lo! Bego
ko dipiara!”
“yak
an gue gatau. Yakali si Aira gara-gara desperate jadi pengen punya anak”
Pletak.
Satu pukulan lagi Ella berikan pada kepala plontos Devan
“sakit
bego” kata Devan sambil mengusap-usap kepalanya
“yakali
biar otak lo pinteran dikit”
“ga
ngaruh kali”
“iya
ga ngaruh, soalnyakan elo diciptai buat jadi orang bego”
“mulut
lo cewek busuk amat”
“daripada
lo! Cowok kok ember”
“BERISIK
WOY! ELO BERDUA NIAT NGGAK SIH HIBUR GUE” teriakku kesal lalu meninggalkan
mereka bedua ke arah yang berbeda.
Aku
menendang-nendang batu kerikil yang ada dimuka kakiku. Kesal rasanya ingin
nendang si nenek sihir keparat. Huaaaaa!! Kezzzzzeeeell!! Aku mendudukan
pantatku di kursi taman yang sepi dari pengunjung. Namun samar –samar kudengar
suara orang berantem . hadeeuuh. Niat ingin menyepi malah tak tertepi.
“kamu
itu jadi cewek bar-bar banget sih” teriak suara bass laki-laki kepada permpuannya
“kamu
jadi cowok ga bisa mgehasilin banyak duit! Aku muak jadi istri seorang manager
kelas rendah seperti kamu”
Tunggu
! suara wanita ini benar-benar tidak
asing ditelingaku. Siapa ya?
“dulu
siapa yang mohom-mohon minta dinikahin, karena udah bunting duluan?” teriak si
laki-laki “dasar cewek murahan, ga tau siapa bapaknya gua juga yang bertanggung
jawab”
“oh
jadi kamu menyesal?” kata si wanita dengan nada mencemooh “KALAU BEGITU
CERAIKAN AKU!”
“apa kamu bodoh nat! dia itu ngemodusin kamu biar
bisa dekat-dekat samA kamu!”
OH MY GOD! Aku
menutup mulutku. Si nenek sihir! Aku membalikkan tubuhku dan melihatnya dengan mataku sendiri. Wanita
itu benar-benar ular.
“baik! Aku akan
ceraikan kamu. Tapi jangan harap aku akan mengurus anakmu! Biar si dokter tolol
itu yang yang mengurus anakmu!”
“lo gak bisa
gitu dong! Diakan anakmu dalam akta kelahiran juga sudah jelas!”
Aku benar-benar
tidak menyangka wanita itu mau memeperalat dokter Nathan.
Aku nggak bisa
membiarkan ini.
“jadi, ternyata
seorang Radisti yang sangat di cintai oleh dokter nathan itu aslinya sudah
menikah ya, udah punya anak juga dan anaknya bukan anak suaminya, oh my God!
Dokter Nathan benar-benar tidak tahu kalau dia memelihara ular” kataku puas. Ka
Disti tampak begitu terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Lalu dengan
segera dia dapat menguasai dirinya kembali dan mentapku dengan angkuh.
“anak kecil
nggak usah ikut campur urusan orang dewasa. Lagian Nathan juga sudah tahu ko.
Dan dia menerimaku dengan apa adanya”
katanya sambil menekankan kata menirimaku dengan apa apadanya.
“ouhh .. aku gak
tahu kalau dokter Nathan punya hati seluas malaikt” jawbku dengan mengejek
“kalau begitu, aku akan memberinya selamat karena dia sudah punya anak dari
wanita yang dicintainya” kataku sambil beranjak meninggalkan mereka. Namun baru
beberapa langkah aku berjalan kepalaku tersa begitu pusing. Aku seperti
ditimpuk oleh sesuatu. Dan aku tidak merasakan apa-apa lgi selain.. gelap!
***
“kamu kenapa sih
seneng banget ngikutin aku” teriakku kesal. Aku seperti diikuti oleh seorang
penguntit.semenjak aku di rumah sakit ini dokter muda itu selalu mencoba
mendekatiku. Mengikutiku kemnapun. Memangnya dia siapa si? Apa aku kenal dia?
Dokter itu hanya tersenyum lalu mengendikkan bahu
“Om, tolong
jangan jadi phedofil. Aku masih 20 tahun” dan dia lagi-lagi tertawa
“kamu
benar-benar telah menghilangkan aku dari memory ingatanmu. Apa aku begitu
menyakitimu sehingga hanya aku saja yang tidak kau ingat”
Aku mengerutkan
dahiku.
“om aku tidak
punya waktu buat bergurau, sebentar lagi aku akan di jemput oleh tunanganku
Raffi” kataku asal.
“enak aja,
ngaku-ngaku gue jadi tunangan lo!” sial!
Kenapa juga si Raffi tumben-tumbennan tidak mendukungku. Awas saja
dikelas aku tidak membantunya mengerjakkan tugas. “apa lo ga ingat Ai sama
dokter tampan ini? masa lo ga inget sih bulan lalu lo masi ngejar-ngejar cinta
dia sampai melamarnya dihadapan para dokter, suster dan juga pasien”
Apa? Aku
melakukan itu semua? Katakana itu semua hanya kebohongan belaka! Kedua
laki-laki itu malah tertawa melihatku dengan tampang bego’ kemudian dengan tidak
sopannya dokter itu mengacak rambutku yang langsung kutepis.
“semua itu
bohong, aku yang selalu mengejarmu. Dan aku juga yang akan melamarmu untuk
menjadi istriku” aku benar-benar bingung dengan semua ini.”Aira Dika Maharani
maukah kamu menjadi istri dan ibu dari anak-anakku?”
Aku menggelngkan
kepalaku saking tidak mengerti dengan keadaan yang sekarang, namun satu hal
hatiku tiba-tiba menghangat dan berbunga-bunga seolah ini adalh sesuatu yang
aku tunggu-tunggu. Aku memang tidak bisa mengingatnya. Namun entah kenapa
hatiku merasa tertarik oleh magnet cintanya. Jika hatiku sudah mengatakan ya,
bagaimana aku bisa menolaknya?
***
Aku tersenyum
melihat ketiga anak-anaku sedang bermain boneka Barbie yang baru saja
kubelikan. Ya, aku sudah menikah dengan gadis yang dulu selalu dan sangat
kuhindari. Saat ini kami pun sudah memiliki 3 orang putri dan satu calon putra
yang masih ada di rahim istriku.
“aku sayang
banget sama kamu” kataku lalu mencium keningnya dan mengusap perutnya.
“kak orang-orang
selalu bilang tidak sia-sia aku jadi stalker bertahun-tahun akhirnya aku
menikah juga denganmu. Apa aku benar-benar seorang stalker?” aku hanya tertawa
setiap kali mendengar pertanyaan itu dari mulutnya. Dia benar tidak bisa
mengingatku lagi sebelumnya. Ingatannya bahkan tk kembali barang sedikitpun.
Tapi itulah keuntungannya buatku, dia memberiku kesempatan untuk membuatku
melakukan langkah awal. Sehingga dia akan merasa bahwa akulah yang memulai
semuanya. Dan itu membuatku sedikitnya menghilangkan rasa bersalahku akibat
selalu menyakitinya. Tapi itu dulu, saat ini yang ingin kulakukan adalah selalu
menjaganya selalu, mencintainya dengan segenap hatiku.
“yang paling
penting adalah saat ini kita saling mencintai sayang” dia tersenyum dan memgang
tanganku.
“iya kak. I love
you more”
"tapi ada
sedikit hal yang membuatku menyesal kamu tidak mengingatku.” Kataku
“apa?”
“sebelum ini
kamu selalu memanggilku, kapanpun dan dimanapun dengan panggilan dok. Kamu
tidak pernah memanggilku kakak atau semacamnya”
“oh itu.
entahlah aku bahkan tak ingat kamu sedikitpun dalam otakku kak, tapi kau tahu
hatiku lebih tahu sepertinya dari otakku bahwa aku mencintaimu” aku memeluknya
bahagia, tidak mengapa otaknya tidak ingat aku namun hati, itu jauh lebih
cukup.
“oh iya kak. Aku
liat video rekaman di laptop kakak. Video orng yang nimpuk aku sampai aku tidak
ingat kamu. Sekarang wanita itu dimana?”
Disti! Wanita
gila itu!
“dia sudah
dibawa suaminya pergi ke Paris. Tadinya aku mau jeblosin dia ke penjara, tapi
suaminya memohon untuk dia dibebaskan dan berjanji akan membawanya pergi dari
sini.”
“suami yang baik
ya”
The End
Yang belum baca selayang kisah edisi 1 kisah mama
dan papanya Aira :D ada di dalangkah.blogspot.com
Happy reading ^^
Hak
cipta dilindungi Undang-Undang.
No
copy! No plagiat! Boleh share sertakan alamat penulis. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar