Kamis, 22 Oktober 2015

Cerpen Romance : Cinta Tak akan Salah Memilih



Cinta Tak akan Salah Memilih
Oleh: Dita Anggita

Warning!! : cerita ini diisi dengan pov beberapa tokoh. Jadi silahkan baca tafsirkan sendiri siapa yang sedang berbicara J
***

“Ayolah Pap Al,, pleasseee” rajuk Aira, anak gadisku satu-satunya ini disertai dengan puppy eyesnya “apa Pap lupa ya, dulu yang buat Pap Al bisa nikah sama Bunda Dira siapa?”
“Hmm” aku hanya bergumam tanpa megalihkan perhatianku dari berkas-berkas yang menumpuk di mejaku
“Siapa yang bisa maksa Bunda buat pergi honeymoon hingga akhirnya bisa lahir sikembar Angga-Anggi?”
“hmm”
“PAP AL!!!!”
Aku menghembuskan nafas panjang “Sayang, Papa sudah kehabisan ide untuk permintaan kamu yang satu itu” jawabku
“o jadi papa juga lupa ya? Bagaimana….”
“okee.. okeee…okee” potongku cepat “puas kamu?”
Aira tersenyum dengan mata yang berbinar.
“thanks Pap Al” ujarnya sambil mencium pipiku. Benar-benar merepotkan memang punya anak gadis yang lagi kasmaran. Setiap hari menyuruhku membawa pria yang disukainya kerumah dengan berbagai alasan. Membuatku harus menebalkan mukaku setebal-tebalnya. Untungnya aku mencintai anak gadisku itu sehingga, apapun permintaanya tak bisa kutolak, apalagi memang benar, jasanya meyatukan hubunganku dengan istriku besar sekali. zzzZzz anak gadis pintar yang nakal.
***
Akhir-akhir ini pekerjaanku jadi bertambah berat saja. Dua bulan yang lalu aku resmi jadi dokter specialis jantung. Dan hingga saat ini rasanya semakin banyak saja pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit ini. Namun, yang membuatku lelah adalah pasien-pasienku yang sebenarnya dalam keadaan baik-baik saja selalu beralibi bahwa jantungnya sering tiba-tiba berdebar.
“Ini aneh sekali dok, saya sudah periksa kesana-kemari dan hasilnya selalu sama jantung saya selalu berdebar-debar” ucap pasien didepanku ini. “apalagi saat didekat dengan dokter” lanjutnya lagi dengan genit. Aku memutarkan bola mataku bosan.
“mungkin ibu terlalu banyak makan kali makanya obesitas terus jantungnya bermasalah deh”
Oh demi Tuhan!
Jangan Lagi!!
“bu, asal ibu tahu saja yah, dokter Nathan ini adalah tunangan saya! Mohon ibu sebagai janda beranak satu jangan gatel sama calon suami orang, kalo tidak saya tidak akan segan-segan melaporkan ibu ke pihak yang berwajib”
Bunuh saja aku! Demi apa anak ini benar-benar! Kulihat wajah pasienku yang sudah sangat merah menahan kekesalannya. Tapi aku tahu dia tidak akan berani membentak atau melawan anak itu, bagaimana pun anak itu memiliki citra yang buruk di rumah sakit ini.
“silahkan bu, pintu keluarnya disana!”
Tanpa ba-bi-bu ibu itupun pergi dengan menghentakkan kaki. Anak itu tertawa dengan dengan seringaian liciknya, yang membuatku bergidik.
“apa kamu pikir aku akan berterima kasih?” kataku dingin
“memang seharusnya seperti itu kan?” jawabnya dengan cengiran lebarnya “calon imamku apa kabar?” tanyanya tanpa dosa
“sudah kubilang jangan memanggilku begitu!” geramku “aku sudah bertunangan”
“dan aku gapeduli” lagi-lagi dengan jawaban so polosnya
“tapi aku peduli Aira! Ku mohon berhentilah mengganggu hidupku!” ucapku dengan tatapan mata tajam. Namun bukannya takut, dia malah tersenyum lebih lebar.
“dokter, aku tahu dokter sangat mencintai tante Radisti. Tapi harusnya dokter juga sadar kalau tante Radisti itu sudah tidak akan kembali ke Indonesia!”
“jaga mulut kamu! Apa kamu cenayang? Seenaknya saja mengatakan hal yang tidak-tidak” bentakku
“dokter, aku tidak mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku mengatakan hal yang iya-iya.”  Katanya sambil duduk disofa dan merebahkan kepalanya dengan sangat nyaman. Apa anak itu tidak tahu malu? Atau memang dia tidak punya malu? Kata-kata setajam apa yang bisa membuatnya takut atau segan kepadaku? “selamanya aku akan selalu berada disini untuk menjaga hati dokter” gumamnya “suatu saat dokter pasti akan membutuhkanku disaat kebenaran itu nyata”
Aku hanya menatapnya tak percaya. Anak itu benar-benar Freak!
***
“Bunda denger kamu kembali mengusir pasiennya dokter Nathan ya?” tanya bunda padaku saat kami sedang makan malam.
“he-em”jawabku sambil menyendokkan nasi ke mulutku
“sampai kapan sih Ai kamu mengganggu dokter Nathan terus? Bunda kasian sama dokter Nathan selau direcoki sama kamu”
“sampai dokter Nathan jatuh cinta padaku” jawabku santai
“dokter Nathan itu sudah tunangan Ai”
“aku tahu” jawabku cepat “makanya aku akan selalu ada disisi dokter Nathan untuk melindunginya”
Bunda dan Pap Al mengerutkan keningnya tak mengerti. Aku hanya memutarkan bola mataku.
“sudahlah bunda dan Pap tidak perlu khawatir, aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan”
“aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran anakmu Dir” kata Pap Al akhirnya setelah dari tadi hanya menyimak
“jangankan kamu, akupun tak mengerti”
Aku hanya tersenyum. Lalu membereskan piring bekas makanku dan mencium bunda dan pap Al bergantian
“sayang kalian” cup.
*** 
Kalian pasti ingin tahu kan kenapa aku sangat mencintai dokter Nathan. Aku sudah jatuh cinta padanya semenjak aku masih tinggal dengan nenek. Dokter Nathan adalah anaknya sopir di rumah nenek dulu. Saat usiaku 6 tahun, usianya sudah 18 tahun. Dia sangat sayang padaku, pada awalnya. Setiap pulang sekolah yang pertama kali dia cari adalah keberadaanku, selalu begitu. Dia selalu mengajaku bermain dan membelikanku cokelat kesukaanku. Lalu entah ia sengaja atau tidak dia selalu menceritakan kisah cintanya yang menyedihkan dengan seorang gadis yang sangat dia cintai, namanya Radisti. Sejak saat itu, setiap dia menceritakkan kegundahan hatinya, aku merasa kalau aku jadi cewenya aku nggak akan pernah menyakitinya. Tanpa dia sadari, aku sangat mengerti apa yang dia ceritakkan padaku. Aku lebih mengerti perasaanya bahkan saat usiaku mungkin dipandangnya usia yang pasti tidak akan mengerti apa-apa. Aku masih ingat saat dia menangis sambil memelukku ketika kekasihnya memutuskan pergi ke Paris untuk melanjutkan studinya.
“Ai, aku gak akan pernah tahu kalau gaada kamu disini, apa yang akan kulakukan. Memelukmu begini aku sangat berharap kau adalah gadis dewasa yang siap menghapus air mataku dan mengisi relung hatiku”
Kata-kata itulah yang akhirnya membuatku jatuh cinta padanya. Dan memutuskan untuk selalu menghapus air matanya juga siap mengisi relung hatinya.
***
“Ai, aku gak akan pernah tahu kalau gaada kamu disini, apa yang akan kulakukan. Memelukmu begini aku sangat berharap kau adalah gadis dewasa yang siap menghapus air mataku dan mengisi relung hatiku”
Jika aku ditanya apa yang kusesali dalam hidupku selama 32 tahun ini adalah pernah mengucapkan kata-kata itu! mana tahu aku anak umur enam tahun sudah mengerti pernyataan yang berat yang bahkan anak SMP saja perlu mencernanya dulu beberapa tahap. Aira. Anak itu benar-benar ajaib. Aku tak habis pikir, kenapa dulu aku selalu menceritakan kisah bodohku itu padanya.
“sampai kapan kamu akan menatapku seperti itu terus?!” kataku jengah saat dia terus melihatiku sambil senyum-senyum ga jelas.
“sampai aku menutup mata, dok” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya sediktpun dariku. Aku hanya memutarkan mata bosan. “aku tuh bawaanya seneng gitu dok kalau liat dokter. Rasanya dokter benar-benar mengalihkan duniaku”
Aku tak menghiraukannya. Biarlah dia berkata semaunya. Sabar Nathan! Aggap saja kaset rusak.
“Aku bersumpah dok, aku tak pernah jatuh cinta sama pria manapun semenjak aku mendngar keinginan terpendam dokter 14 tahun yang lalu”
Apa-apaan itu! Keinginan terpendam?
“sejak itu aku berjanji, bahwa aku akan menjadi seperti apa yang dokter inginkan”
God!
“tapi, sayangnya dokter terlalu pemalu untuk mengaui bahwa dokter telah jatuh pada anak kecil berusia 6 tahun saat dokter berusia 18 tahun”
Terus aja ngomong sampai berbusa tu mulut
“aku juga bersumpah bahwa aku akan menjauhkan dokter dari wanita yang telah membuat dokter patah hati”
Sekate-kate lu aja deh
“dok.. ?”
Nggak denger.
“dokkkkkkk”
Sudah kubilang aku tidak mendengarmu bocah kecil.
“kak Nanat!”
Aku menatapnya dengan tajam
“jangan pernah kamu berani memanggilku dengan panggilan itu” kataku penuh penekanan.
Hanya Disti yang boleh memanggilku seperti itu. Disti. Gadisku. Cinta pertamaku. Dimana kamu sebenarnya? Apa kamu lupa kalau dulu kita pernah berjanji untuk saling mencintai selamanya. Lihat, Dis! Aku sudah jadi dokter seperti yang kamu mau!
“abisnya dokter ga nyaut-nyaut sih aku panggil! Kan betein!”
“hhmm” gumamku. Malas untuk berdebat.
“kak Disti akan kembali ke Indonesia bulan depan”
“hmm”
Tunggu! Apa katanya?
“ka-kamu serius?” tanyaku dengan nafas yang memburu.
“iyaa dok” jawabnya lesu. Lalu menundukkan kepalanya ke meja. Disti akan pulang ke Indonesia? Benarkah? Oh, betapa aku merindukkan gadisku itu!
Tapi, tunggu! Kalau memang Disti akan kembali ke Indonesia, kenapa pula anak ini harus memberi tahuku? Harusnya dia berusaha menutupinya dariku dong. Ada yang aneh. Aku menatapnya yang sedang menempelkan kepalanya di meja. Kulihat punggungnya bergetar. Sial!
“kamu bohongin saya?” tanyaku kesal
“hahahahahahhaaha”
“nggak lucu!”
“hahaha segi haa tuu senengnya yaa Kak Disti pulang ahahahah” ucapnya tak berhenti tertawa. Kurang ajar! Aku dibohongi anak kecil. Dengan kesal aku bangkit dari kursi dan meninggakannya yang sedang tertawa sendirian persis orang gila.
Dia pikir cintaku ini main-mainannya apa? Anak kecil selalu ikut campur urusan orang dewasa. Bahkan semenjak dia masih dibawah umur. Ah benar-benar sial nasibku! Di tinggal pacar keluar negeri! Sudah begitu diikuti bocah kecil kurang kerjaan. Arrggghhh. Aku mengacak rambutku frustasi
“Nanat”
Anak itu benar-benar ga kapok ya ngerjain aku. Harus kuberi pelajaran anak ini.
“sudah kubilangkan jangan memenggilku be….” Aku terpaku ditempat saat aku menengadahkan kepalaku. Mata itu. bibir itu. senyum itu.
“Disti”
***
Hahahaha
Aku puas sekali mengerjai dokter Nathan. Sekali-kali memang dia harus bisa jadi hiburan buatku. Jangan bisanya Cuma marah-marah mulu. Yah, meskipun dia juga marah sih sebenarnya. Tapi , justru itu, ketika marah kadar ketampanannya menjadi semakin bertambah.
Kira-kira dokter Nathan kabur kemana ya? Ah paling ga jauh-jauh dari sini juga! Sepertinya aku harus mengikutinya sebelum dia di culik macan-macan betina diluar sana! Bhahahaha aku tidak bisa berhenti tertawa saat melihat ekpresi kekeselannya sambil berjalan dia mengacak rambutnya begitu frustasi. Ahh jadi pengen ngacak-ngacak rambutnya!
“Nanat” teriakku dari belakangnya
“Disti”
Deg!!
aku terpaku ditempat. Wanita cantik itu. wanita cantik itu kenapa ada disini?
“hy Nat” sapa kak Disti sambil tersenyum hangat “long time no see”
Aku melihat dokter Nathan tidak bergeming sedikitpun. Seakan yang ada dihadapnnya adalah mimpi dan ia enggan untuk bergerak karena takut saat ia bergerak mimpinya akan hilang.
Aku melihat pergerakan kak Disti yang lambat lalu mendekati dokter Nathan. Apa yang akan ia lakukan?
Oh God! Aku menutup mataku.
Kak Disti memeluk dokter Nathan. Dan aku melihat pertahan keduanya runtuh. Mereka berdua sama-sama menangis. Tidak! Aku juga ikut menangis. Aku merasakan dadaku nyeri.
Sakiiiiiitttt. Melihat orang yang kau cintai memeluk wanita yang selalu menyakitinya dengan penuh kerinduan.
***
“gue sih tahu kalau sebenarnya, cepat-lambat hal ini juga akan terjadi” kata Devan saat aku sedang menangis meratapi tragisnya cintaku.
“lo gila ya ! harusnya lo hibur sahabat kita” bentak Ella pada Devan
“yee gue mah bilang fakta kali!” jawab Devan gak mau kalah
“huuhuhuee..” tangisku makin kenceng
“eloo sih”
“eloooo kali”
“eloo”
“eloo”
“HUAAAAA!!! HUEEEE!! NASIB GUE GINI BANGET. DIPATAHIN HATI! DIRECOKIN KALIAN BERDUA LAGI” teriakku kesal
“biar gue yang bicara sama dia!” kata Rafi, sahabatku yang paling pendiem “Ra Sakit bange ya?” tanyanya bego. Iyalah! Menurut lo?
“gue.. ada sedikit solusi nih. Tapi gak tahu deh manjur apa enggak ama tuh dokter” katanya lagi.
“apaan?” jawabku masih dengan isakkan yang bertubi-tubi
“berbahagialah dengan kedatangan wanita itu. ucapkan selamat dan mulai sekarang jadilah temannya dan dukung hubungan mereka”
Aku menatapnya tak percaya. Apa-apaan dia!
“LO GILA!!” teriakku, Ella dan Devan berbarengan.
***
Saat orang yang kau cintai ada disisimu. Apalagi yang kau rasakan selain bahagia. Ya. Itulah yang kurasakan saat ini. gadisku. Ada disini, bersamaku, disampingku. Menemaniku bekerja.
“aku nggak pernah nyangka, kamu benar-benar jadi dokter Nat.” katanya tersenyum “padahal aku selau menyangsikannya, mengingat dulu kamu,,,”
“ya. Aku hanya anak tukang supir dan karena itu kamu meninggalkanku” kataku dengan nada kesal. Namun , bukan kesal dalam arti yang sebenarnya. Aku tidak pernah kesal padanya. Dari dulu bahkan saat dia meninggalkanku karena alasan materi. Aku hanya berpikir bahwa wanita memang seharusnya realistis.
“maafin aku ya Nat!” kayanya penuh penyesalan “aku banyak menyesal karena telah meyakiti kamu”
“its ok my Lady” kataku sambil mengacak puncak kepalanya.
“kebiasaan” jawabnya sambil memberengut “Nat, emm aku ke apartement kamua aja ya, bête juga seharian ngeliat kamu kerja dan sibuk dengan ibu-ibu rempong. Lagian aku juga ingin masak”
Aku tersenyum mendengar perkataannya
“all do you want baby”
Disti pun beranjak dari ruanganku. Aku menatapnya sampai dia menghilang dibalik pintu, kemudian aku melanjutkan pekerjaanku. Belum lima menit pintu ruanganku sudah terbuka kembali. Dasar Disti, pasti dia takut di apartement sendiri
“ko balik la..? aku menghentikan senyumku saat yang kulihat adlah bocah itu lagi. Ngapain sih dia? “ada apa” tanyaku dengan ketus
“gitu banget sih dok ngomennya” katanya dengan semyuman lebarnya seperti biasa “ Lagian nih ya dok, orang jatuh cinta tuh harusnya moodnya bagus, lah dokter kerjaanya marah-marah mulu”
“hmm” jawabku malas
“dok.. maaf ya kemarin aku bercandain dokter” ucapnya terlihat dengan tulus. Aku menaikkan sebelah alisku. “aku tahu aku sudah keterlaluan” dia menunduk semakin dalam “gara-gara bercandaanku, ka Disti jadi datang beneran.” Dia menghela nafas panjng “bener ya dok ucapan itu ternyata adalah doa”
“intinya kamu mau ngomong apa?” tanyaku yang tidak tahan melihat muka memelasnya
“dok.. aku melihat dokter sangat bahagia bertemu dengan Kak Disti”
Ya jelas. Dia pacarku.
“dan aku ikut bahagia, jika dokter juga bahagia. Kata orang melihat orang yang kita cintai bahagia itu kita juga bahagia dok, begitupun aku. Aku cuma mau ngucapin selamat ya dok atas kembalinya kak Disti ke sisi dokter”
Aku menatapnya dengan takjub. Kupikir dia hanya punya pikiran-pikirn gila. Tapi ternyata dia juga punya sisi yang tidak diketahui.
“oh ya dok. Mau gak dok mulai saat ini kita berteman?” tanyanya dengan nada yang ringan
“hah?” jawabku masih tak dapat berkata-kata
“aku janji dok, tidak akan mengganggu hubungan dokter dan kak Disti, aku juga tidak akan mengejar-ngejar dokter lagi. Janji” katanya sambil membentuk jarinya membentuk huruf V
“ini nggak ada udang dibalik batu kan?” tanyaku tetap hati-hati.
“ya ampun dok, segitu sentimennya ya sama aku” katanya sambil menundukka kepalanya. Aku melihat luka kecewa dimatanya. Apa aku benaran jahat? Apa aku harus menerima ajakkannya untuk berteman?
“ini murni karena aku nggak ingin kita memiliki hubungan yang jelek. Kalaupun aku tidak bisa memiliki hatimu dok, setidaknya aku bisa berteman dengan dokter”
Apa aku sejahat itu ya? Aku menghembuskan nafas berat.
“janji nggak akan gangguin aku lagi atau menyakiti Disti?” kataku akhirnya. Kulihat matanya berbinar penuh kesengan.
“janji dok” jawabnya semangat. “tapi dokter juga harus janji harus memperlakukanku sebagai teman. Jangan marah terus kalau aku nanya. Kita harus bekerja sama untuk membangun pertemanan ini ya dok?”
Kok aku jadi merasa lebih seram begini ya?
“harus ya kaya gitu?” jawabku bego
“apa dokter lebih suka dikejar?” jawabnya dengan usil
Membayangkannya saja membuatku bergidik.
“baiklah” kataku akhirnya. Dia tersenyum bahgia lalu bangkit dari kursi dan menyodorkan tangan kanannya padaku. Aku menatapnya bingung.
“apa?” tanyaku
“kan kita berteman. Jadi kita salaman”
Oh ya ampun! Dasar bocah!!! Dengan muka cengo akupun menjabat tangannya, dan cengirannya semakin lebar, selebar rasa ngeriku menjabat tangannya.
***
“berteman” ucapku puas. “mulai saat ini Aira Dika Maharani resmi bersama dengan Nathan Yoga Pratama” tjah!!
Yes!! Rencana satu. Completely.
“ya sudah karena kita sudah berteman, sekarang kamu pergi” katanya meskipun masih dengan nada yang digin, namun perubahan ini membuatku bahagia. Aku harus mentraktir Si Raffi ini berkat ide gila yang semula ku tolak.
Aku menggelengkan kepalaku
“nggak mau”
Dia mengerutka kening
“aku disini berkewajiban menjaga dokter dari macan-macan betina yang siap untuk menerkammu menjadi mangsa dok” jawabku
“Ai, kamu harus kuliah” katanya datar
Ai! Oh God! Ini pertama kalinya dokter Nathan manggil aku dengan  sebutan Ai semenjak aku masih kecil. Hanya orang-orang yang dekat denganku saja yang memanggilku Ai. Dan kalian tahu arti Ai? dalam bahasa jepang Ai itu adalah cinta. Ah. Senangnya diriku.
“aku kan sedang liburan dok”jawabku  dengan cengiran tolol “sebagai teman, aku ingin bisa memolong temanku yang kesulitan dok”
“ah kamu pasti modus saja. Yasudah tapi! Kamu harus ingat perjanjian kita”
“siap bos” kataku sambil mengangkat tangan ke atas kepalaku seperti para perwira.
***
“selamat siang dokter, selamat siang kak Disti” kata seorang gadis yang kuketahui bernama Aira. Aku tidak pernah tahu bahwa Nathan punya teman seorang gadis muda, mana gadis itu cantik lagi. Sial banget sih aku. Selama 14 tahun ini bisa saja kan sebenarnya Nathan jatuh cinta padanya. Tidk sulit kurasa untuk jatuh cinta pada gadis itu, mengingat dia juga anak yang menyenangkan. Tapi aku tidak suka dengan kehadirannya. Dia selalu saja menggangu moment berharga dengan Nathan. Seperti saat ini, saat aku sedang makan siang berdua dengan Nathan di kantin rumah Sakit.
“siang Ai” jawab Nathan sambil tersenyum hangat. Menjijikan. “siang ini bawa makan siang apa untuk kita?”
“aku Cuma bawa omelet kak. Abisnya bunda katanya buru-buru mau ada operasi” jawabnya sok merajuk. Entah kenapa dia seperti sedang mencri-cari perhatian Nathan.
“kamu lain kali belajar masak aja sama Disti. Dia jagonya masak lo” Aira hanya membulatkan matanya tanda terkejut lalu tiba-tiba dia mentapku sambil tersenyum lebar
“benarkah?” tanyanya padaku dengan nada antusias “kak,  ajarin aku masak dong. Aku ingin bisa masak sebelum aku nikah. Aku ingin nanti suamiku menikmati masakanku bukan masakan koki restaurant”
“aku juga tidak terlalu pandai memasak ko” jawabku mencoba terlihat merendah dihadapan Nathan. Sebencinya aku sama gadis itu, aku tidak akan menunjukkan di depan Nathan.
“kamu itu selalu begitu. Padahal masakkannya menurutku lebih enak dari makanan di restaurant favoritku” puji Nathan tulus ‘pokoknya Dis, kamu abis ini ajarin dia masak, aku kasian sama pria yang jadi suaminya nanti. Abis ini kamu ga usah jadi asisten aku Ai, kalian belajar masak saja”
“di apartement kamu?” tanyaku tidak yakin
Nathan mengannguk
“di apartement dokter Nathan?” teriak gadis itu kegirangan “demi apa selama empat tahun mengejarmu dok, aku tidak pernah terpikirkan untuk mengejarmu sampai ke apartement” Aira berteriak kegirangan sambil loncat-loncat
“mengejarmu?” tanyaku dengan tatapan tajam pada Nathan
“ya gitudeh. Dia itu dulu sebelum kamu datang selalu menggangguku dengan menyebalkan. Tapi setelah kamu datang dia jadi anak yang manis” kata Nathan sambil mengacak rambut Aira. Dan dengan muka innocentnya, anak itu tersipu malu-malu bagi anak anjing.
“apa akamu bodoh nat! dia itu ngemodusin kamu biar bisa dekat-dekat sam kamu!” teriakku kesal. Nathan dan Aira tampak terkejut dengan perkataanku.
“maksud kamu?” tanya Nathan
“ya kamu pikir aja sendiri!” kataku sambil beranjak
“kamu mau kemana?” Nathan memegang tanganku
“sebelum kamu usir anak ini dari kehidupan kamu, aku akan pergi lagi dari kamu! Selamanya!” ucapku tegas lalu menghentakkan tanganku dan pergi meninggalkan mereka berdua.
***
Dasar bodoh! Kenapa aku bisa keceplosan segala bilang gitu dihadapan nenek sihir itu! well sampai beberapa menit berlalu aku biasa menyebutnya dengan bidadari kesayangan Nathan, tapi semenjak dia berubah seperti ular berbisa. Bagaimana bisa perempuan tua itu menyuruhku untuk menjauhi dokter Nathan. Mengikuti dokter Nathan kemanapun itu sudah jadi rutinitasku. Jangan harap aku akan megalah begitu saja padamu nenek sihir!
“dok” katajku dengan suara memelas. Asli ini aku tidak sedang sedang bersandiwara. Aku sedang memelas belas cinta dari dokter Nathan.
“ini keputusan yang berat untukku Ai.” Katanya menghembuska nafas panjang “kamu tahu kan Disti itu adalah wanita yang sngat aku cintai” aku mengangguk lemah “tapi aku juga tidak berbohong, kalu aku mulai menyukai kamu dengan sikap yang seperti ini” aku mengangguk sekali lagi. “tapi, aku sudah kehilangan Disti dulu dan aku tidak mau itu terulang lagi untuk yang kesekian kalinya” mataku tersa memanas, seperti air mata telah menggenang di pelupuk mataku. “maafkan aku, sebaiknya kamu mengurus hidupmu sendiri mulai sekarang” perlahan air mataku mulai turun “setidaknya kita pernah berteman, jadi aku tidak terlalu mersa bersalh walau pada kenyataanya aku memang meraa bersalah” air mata semakin berlomba-lomba menuruni pipiku. Aku tidak dapat berkata apa-apa. Adalah justru  perpisahan seperti ini yang lebih menyakitkan. Disaat orang yang kita cintai sudah mulai menyukai kita tapi dia harus meninggalkan kita, sakitnya melebihi saat dia menolakku ribuan kali. Pelahan jemarinya menghapus air mata di piiku. Dia menatapku sambil tersenyum, mengusap kepalaku sebelum pergi . pergi meninggalkanku sendirian. pergi mebawa separuh hatiku bersamanya.
***
Ini adalah minggu kedua aku benar-benar kehilangan cinta sejatiku. Aku benar-benar hancur. Semuanya menjadi tidak berguna untukku. Bunda dan Pap Al bahkan sampai menangisi keadaanku yang serba kacau balau begini. Raffi bahkan mengutuk dirinya sendiri karena menyarankanku untuk berteman dengan dokter Nathan. Semua orang mengkhawatirkanku.
“sayang, ada Devan tuh sama Ella diluar” teriak Bunda “katanya mereka mau ngajak kamu ke pantai. Keluar ya sayang, cari udar segar”
“gak mau” teriakku
“kata mereka, mereka tahu tempat penyu yang paling cantik sayang” teriak bunda lagi
“aku gak tertarik sama penyu bun, bunda lebih tahu apa yang aku buthkan sekarang”
“sayang, kalu kamu gini terus kamu bisa sakit. kalu kamu sakit bunda ga akan melakukan apapun. Bunda juga akan diam, mengurung diri di kamar kaya kamu”
Aku bangkit dari kasurku dan membuka pintu dengan pilu. Aku menatap bunda yang kelihatan kacau. Kemna bundaku yang cantik seperti biasanya? Apa beunda begini gara-gara aku? Aku meneteskan air mata dan memeluk Bunda.
“maafin aku bunda” isakku tergugu
“iya sayang. Sekarang kmu ikut Devan dan Ella ya, kalian bebas mau pergi keman aja, asalkan ke tempat yang bermanfaat” kata bunda. Aku mengangguk, menhiyakan perkataan bunda.
***
“lo yakin kita ke tempat beginian?” tanya Devan saat kami sedang berada di taman bermain anak-anak “patah hati membuat lo jadi frustasi pengen punya anak?”
“ish bego!” hardik Ella sambil memukul kepala Devan “Aira itu ingin mencari suasana dimana tidak ada orang-orang yang memiliki nasib sam sepertinya. Bego lo! Bego ko dipiara!”
“yak an gue gatau. Yakali si Aira gara-gara desperate jadi pengen punya anak”
Pletak. Satu pukulan lagi Ella berikan pada kepala plontos Devan
“sakit bego” kata Devan sambil mengusap-usap kepalanya
“yakali biar otak lo pinteran dikit”
“ga ngaruh kali”
“iya ga ngaruh, soalnyakan elo diciptai buat jadi orang bego”
“mulut lo cewek busuk amat”
“daripada lo! Cowok kok ember”
“BERISIK WOY! ELO BERDUA NIAT NGGAK SIH HIBUR GUE” teriakku kesal lalu meninggalkan mereka bedua ke arah yang berbeda.
Aku menendang-nendang batu kerikil yang ada dimuka kakiku. Kesal rasanya ingin nendang si nenek sihir keparat. Huaaaaa!! Kezzzzzeeeell!! Aku mendudukan pantatku di kursi taman yang sepi dari pengunjung. Namun samar –samar kudengar suara orang berantem . hadeeuuh. Niat ingin menyepi malah tak tertepi.
“kamu itu jadi cewek bar-bar banget sih” teriak suara bass laki-laki kepada permpuannya
“kamu jadi cowok ga bisa mgehasilin banyak duit! Aku muak jadi istri seorang manager kelas rendah seperti kamu”
Tunggu ! suara  wanita ini benar-benar tidak asing ditelingaku.  Siapa ya?
“dulu siapa yang mohom-mohon minta dinikahin, karena udah bunting duluan?” teriak si laki-laki “dasar cewek murahan, ga tau siapa bapaknya gua juga yang bertanggung jawab”
“oh jadi kamu menyesal?” kata si wanita dengan nada mencemooh “KALAU BEGITU CERAIKAN AKU!”
“apa kamu bodoh nat! dia itu ngemodusin kamu biar bisa dekat-dekat samA kamu!”
OH MY GOD! Aku menutup mulutku. Si nenek sihir! Aku membalikkan tubuhku  dan melihatnya dengan mataku sendiri. Wanita itu benar-benar ular.
“baik! Aku akan ceraikan kamu. Tapi jangan harap aku akan mengurus anakmu! Biar si dokter tolol itu yang yang mengurus anakmu!”
“lo gak bisa gitu dong! Diakan anakmu dalam akta kelahiran juga sudah jelas!”
Aku benar-benar tidak menyangka wanita itu mau memeperalat dokter Nathan.
Aku nggak bisa membiarkan ini.
“jadi, ternyata seorang Radisti yang sangat di cintai oleh dokter nathan itu aslinya sudah menikah ya, udah punya anak juga dan anaknya bukan anak suaminya, oh my God! Dokter Nathan benar-benar tidak tahu kalau dia memelihara ular” kataku puas. Ka Disti tampak begitu terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Lalu dengan segera dia dapat menguasai dirinya kembali dan mentapku dengan angkuh.
“anak kecil nggak usah ikut campur urusan orang dewasa. Lagian Nathan juga sudah tahu ko. Dan dia menerimaku dengan apa adanya” katanya sambil menekankan kata menirimaku dengan apa apadanya.
“ouhh .. aku gak tahu kalau dokter Nathan punya hati seluas malaikt” jawbku dengan mengejek “kalau begitu, aku akan memberinya selamat karena dia sudah punya anak dari wanita yang dicintainya” kataku sambil beranjak meninggalkan mereka. Namun baru beberapa langkah aku berjalan kepalaku tersa begitu pusing. Aku seperti ditimpuk oleh sesuatu. Dan aku tidak merasakan apa-apa lgi selain.. gelap!
***
“kamu kenapa sih seneng banget ngikutin aku” teriakku kesal. Aku seperti diikuti oleh seorang penguntit.semenjak aku di rumah sakit ini dokter muda itu selalu mencoba mendekatiku. Mengikutiku kemnapun. Memangnya dia siapa si? Apa aku kenal dia? Dokter itu hanya tersenyum lalu mengendikkan bahu
“Om, tolong jangan jadi phedofil. Aku masih 20 tahun” dan dia lagi-lagi tertawa
“kamu benar-benar telah menghilangkan aku dari memory ingatanmu. Apa aku begitu menyakitimu sehingga hanya aku saja yang tidak kau ingat”
Aku mengerutkan dahiku.
“om aku tidak punya waktu buat bergurau, sebentar lagi aku akan di jemput oleh tunanganku Raffi” kataku asal.
“enak aja, ngaku-ngaku gue jadi tunangan lo!” sial!  Kenapa juga si Raffi tumben-tumbennan tidak mendukungku. Awas saja dikelas aku tidak membantunya mengerjakkan tugas. “apa lo ga ingat Ai sama dokter tampan ini? masa lo ga inget sih bulan lalu lo masi ngejar-ngejar cinta dia sampai melamarnya dihadapan para dokter, suster dan juga pasien”
Apa? Aku melakukan itu semua? Katakana itu semua hanya kebohongan belaka! Kedua laki-laki itu malah tertawa melihatku dengan tampang bego’ kemudian dengan tidak sopannya dokter itu mengacak rambutku yang langsung kutepis.
“semua itu bohong, aku yang selalu mengejarmu. Dan aku juga yang akan melamarmu untuk menjadi istriku” aku benar-benar bingung dengan semua ini.”Aira Dika Maharani maukah kamu menjadi istri dan ibu dari anak-anakku?”
Aku menggelngkan kepalaku saking tidak mengerti dengan keadaan yang sekarang, namun satu hal hatiku tiba-tiba menghangat dan berbunga-bunga seolah ini adalh sesuatu yang aku tunggu-tunggu. Aku memang tidak bisa mengingatnya. Namun entah kenapa hatiku merasa tertarik oleh magnet cintanya. Jika hatiku sudah mengatakan ya, bagaimana aku bisa menolaknya?
***
Aku tersenyum melihat ketiga anak-anaku sedang bermain boneka Barbie yang baru saja kubelikan. Ya, aku sudah menikah dengan gadis yang dulu selalu dan sangat kuhindari. Saat ini kami pun sudah memiliki 3 orang putri dan satu calon putra yang masih ada di rahim istriku.
“aku sayang banget sama kamu” kataku lalu mencium keningnya dan mengusap perutnya.
“kak orang-orang selalu bilang tidak sia-sia aku jadi stalker bertahun-tahun akhirnya aku menikah juga denganmu. Apa aku benar-benar seorang stalker?” aku hanya tertawa setiap kali mendengar pertanyaan itu dari mulutnya. Dia benar tidak bisa mengingatku lagi sebelumnya. Ingatannya bahkan tk kembali barang sedikitpun. Tapi itulah keuntungannya buatku, dia memberiku kesempatan untuk membuatku melakukan langkah awal. Sehingga dia akan merasa bahwa akulah yang memulai semuanya. Dan itu membuatku sedikitnya menghilangkan rasa bersalahku akibat selalu menyakitinya. Tapi itu dulu, saat ini yang ingin kulakukan adalah selalu menjaganya selalu, mencintainya dengan segenap hatiku.
“yang paling penting adalah saat ini kita saling mencintai sayang” dia tersenyum dan memgang tanganku.
“iya kak. I love you more”
"tapi ada sedikit hal yang membuatku menyesal kamu tidak mengingatku.” Kataku
“apa?”
“sebelum ini kamu selalu memanggilku, kapanpun dan dimanapun dengan panggilan dok. Kamu tidak pernah memanggilku kakak atau semacamnya”
“oh itu. entahlah aku bahkan tak ingat kamu sedikitpun dalam otakku kak, tapi kau tahu hatiku lebih tahu sepertinya dari otakku bahwa aku mencintaimu” aku memeluknya bahagia, tidak mengapa otaknya tidak ingat aku namun hati, itu jauh lebih cukup.
“oh iya kak. Aku liat video rekaman di laptop kakak. Video orng yang nimpuk aku sampai aku tidak ingat kamu. Sekarang wanita itu dimana?”
Disti! Wanita gila itu!
“dia sudah dibawa suaminya pergi ke Paris. Tadinya aku mau jeblosin dia ke penjara, tapi suaminya memohon untuk dia dibebaskan dan berjanji akan membawanya pergi dari sini.”
“suami yang baik ya”

The End
Yang belum baca selayang kisah edisi 1 kisah mama dan papanya Aira :D ada di dalangkah.blogspot.com
Happy reading ^^
Hak cipta dilindungi Undang-Undang.
No copy! No plagiat! Boleh share sertakan alamat penulis. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar