Helm Surga
Oleh: Dita Anggita
Uang? Apa yang ada dipikiran lo
ketika denger kata uang? Menurut gue uang adalah segalanya! Segala sesuatu yang
ada di dunia ini ga ada yang ga pake uang! Bagi gue uang bisa gue pake buat apa
aja. Dengan uang gue bisa punya banyak teman. Cinta? Apalagi cinta! Cewek zaman
sekarang gak ada yang nggak doyan sama yang namanya uang. Hal pertama yang
cewek liat dari cowok adalah seberapa tebel isi dompetnya buat muasin kebutuhan sekundernya. Gue Delon. Mahasiswa teknik tingkat 3 di
Institut terfavorit di Indonesia. Apa yang cewek-cewek idamkan pada diri seorang
pria, semuanya ada di gue. Gue adalah paket komplit. Gue ganteng. Punya banyak
duit. Popular guy. Jago basket dan
yang paling keren jago bikin cewek jatuh cinta sama gue. Karena apa? Kaen gue punya
uang!
Gue punya cewek. Cantik. Pinter. Ratu
kampus. Pelit dan suka ngabisin duit. Duit gue maksudnya. Seperti hari ini, gue
sedang nemenin dia belanja di pusat perbelanjaan elite di Jakarta.
“Kamu butuh apa lagi? Handphone kamu
rusak? Tipenya sudah ketinggalan zaman? Mau beli yang baru?” tanya gue. Gue termasuk
cowok yang peka terhadap kebutuhan cewek. Gue tahu cewek itu gengsinya gede,
makanya sebelum cewek gue minta, gue yang tawarin duluan. Baikkan gue?!
‘“Kapan sih kita bisa pacaran dengan
normal?” tanya cewek gue. Alis gue terangkat.
“Maksud kamu?” tanya gue balik “parfum
kamu habis?” cewek kalau kebutuhannya udah habis biasanya moodian. Dia menggelang.
“Lalu?” tanya gue bingung.
“Kapan sih kamu berhenti nganggap aku
ini cewek matre!? Aku pacaran sama kamu bukan karena uang! Aku ingin ketulusan
hati kamu bukan uang kamu!”
W-W-W-WHAT??
What the hell?
“Semua barang-barang yang kamu beliin
buat aku, semuanya masih bagus dan banyak yang ngga kepake! Aku pacaran sama
manusiakan bukan sama ATM?”
Tunggu sebentar! Gue perlu mencerna
kata-kata yang barusan keluar dari mulut cewek cantik ini. Manusia? ATM?
Ketulusan hati?
“Tunggu. Tunggu Tania sayang, aku
memberikan ini semua ini karena aku tahu, setiap perempuan pasti menginginkan
kemewahan” gue berargumen
“Iya! Aku akui, aku suka semua yang
kamu beri buat aku. Tapi! Aku merasa lelah dengan semua ini. selama setahun ini
aku merasa pacaran sama mesin uang. Kamu tidak memberikan aku cinta yang tulus.
Kamu menganggap aku wanita yang bisa dibeli dengan uang. Aku ga seperti itu
Delon! Aku ga seperti itu!”
Gue mendengar isak tangis Tania. Baru
kali ini, gue melihat Tania menangis dihadapan gue. Cinta? Apa itu cinta? Apa cinta
itu uang? Gue sudah banyak menghabiskan uang selama ini. Dengan menghabiskan
uang untuknya, gue berasumsi bahwa itulah
cinta gue. Uang!
“Maafin aku, Delon. Tapi aku udah
nggak nyaman dengan hubungan ini. aku harap kamu bisa berubah dan tidak
menganggap semua hal di dunia ini bisa kamu dapatkan dengan uang. Selamat tinggal
Delon!”
Tania berlalu dari hadapan gue. Seluruh
tubuh gue rasanya lemas dan kaku. Gue nggak bisa berkata apa-apa lagi saat Tania
mengucapkan kata selamat tinggal. Apa itu artinya cinta tidak bisa diartikan
dnegan uang?
***
Kamar gue sekarang terasa sempit. Seminggu
yang lalu Tania mengirimkan semua barang-barang yang pernah gue berikan buat
dia. Semuanya tanpa terkecuali! Di sudut kanan, kiri, depan, belakang, semuanya
penuh dengan barang-barang Tania. Apa Tania tidak sadar kalau dengan sebegini
banyaknya barang yang gue kasih, sebesar itu pula rasa cinta gue padanya? Oh Tania!aku
meremas note yang tertulis di box oleh Tania
Kalau kamu serius dan memang mencintaiku
Berhenti memberikan barang-barang yang tidak bergunaitu!
Berhenti tergila-gila dengan uang!
Jika dengan memberikan barang kamu merasa puas dan senang
Cukup berikan aku helm surge. No other!
Tania Wilhemmina.
Gue bener-bener
tidak mengerti dengan jalan pikiran Tania. Apa yang dia cari dari gue, kalau
bukan uang? Gadis bodoh! Semua wanita senang dengan uang. Gue tahu semua ini
dari nyokap gue. Sewaktu gue masih berumur 10 tahun, bokap sama nyokap gue
cerai. Dari situ ge tahu bahwa kebutuhan dasar seorang wanita adalah uang.
“Delon.
Dengerin Mama. Kamu harus jadi orang yang punya banyak uang ya. Wanita itu
butuh uang. Kamu liat, karena Papa nggak punya banyak uang, Papa nggak bisa
nyenengin Mama” itulah kata-kata nyokap gue.
“Jadi,
Mama pisah sama Papa, gara-gara Papa nggak punya banyak uang?”
Dengan
anggukan kepala dari nyokap gue, membuat gue berkesimpulan bahwa kebutuhan dasar
wanita adalah uang.
Dan sekarang
gue bingung. gue beneran bingung. kenapa Tania tidak seperti wanita yang
digambarkan oleh nyokap gue? Kenapa Tania tidak menyukai uang gue? Kenapa Tania
berbeda dengan Mama? Kenapa mama pergi saat papa ngga punya uang dan kenapa Tania
pergi saat gue banyak uang?
“Apa
yang membuatmu berpikir begitu keras?” bokap gue tiba-tiba aja udah ada di
kamar.
“Delon
bingung, Pa dengan Tania”
“Tania?
Gadis yang mengembalikan semua barang-barang ini?”
Gue mengangguk.
“Delon.
Tania adalah sosok wanita yang seharusnya kamu pertahankan. Karena apa?” gue
mengangkat bahu acuh “Sosok wanita yang sebenarnya itu adalah wanita yang tidak
memandangmu berdasarkan materi, baik fisik maupun harta yang kamu punya. Itu adalah
wanita yang sesungguhnya”
“Terus
mama??” tanya gue
“Mama
mu adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang tidak membutuhkan cinta
yang tulus. Apa kamu tahu kalau harta bisa dicari dengan cinta, tapi cinta
tidak bisa dicari dengan harta?”
Gue merenungkan
apa yang dikatakan oleh bokap gue.
Harta
bisa dicari dengan cinta?
Cinta
tidak bisa dicari dengan harta?
Harta
bisa dicari oleh Delon?
Harta
bisa dicari oleh Tania?
Delon
tidak bisa dicari dengan harta?
Tania
tidak bisa dcari dengan harta?
Seketika
itu juga gue berlari mengambil jaket dan bertanya pada Papa
“Pa,
helm surge itu apa?”
***
Gue sudah
berdiri di depan rumh Tania. Dada gue tiba-tiba merasa berdebar-debar. Suatu hal
yang sebelumnya belum pernah gue rasain. Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Gue
membunyikan bel rumahnya dengan tangan bergetar. Tidak berapa lama pintu
terbuka. Pemandangan yang sungguh sangat menyejukkan melihat seorang gadis
berparas cantk dibalut jilbab merah muda yang menambah kecantikkannya.
“Ada
apa?” tanyanya datar. Hati gue mencelos mendengar perntanyaannya.
“Aku
membawakan sesuatu buat kamu”
BRAAKKK!!
Pintu
terbanting dengan cukup keras.
“Pergilah
aku tidak sudi menerima apapun lagi darimu!” teriaknya dari dalam sana.
Rasanya
sedikit sakit. Penolakkan Tania membuat gue
sadar bahwa tidak semua wanita di dunia ini senang dengan yang namanya
uang.
“Aku
membawakan helm surge untukmu, Tania” jelas gue dengan suara lembut. Karena gue
yakin itu yang dibutuhin Tania, dan gue juga yakin kalau Tania masih ada di
depan pintu sana,
Tiba-tiba
pintu kembali terbuka dengan muka jutek Tania menadahkan tangannya. Sambil tersenyum
gue memberikan sebuah bingkisan cantik yang di dalamnya terdapat helm surge sesuai
dengan permintaan Tania.
“Apa
yang membuat kamu berpikir untuk memberikan jilbab ini untukku?” tanya Tania
sedikit melembut.
“karena
aku sadar bahwa kamu adalah wanita yang layak aku pertahankan. Kamu adalah
wanita yang tidak pernah aku gambarkan ada dalam kehidupan nyata. Aku selalu
berpikir bahwa semua wanita itu sama seperti mamaku”
Mata Tania
berkaca-kaca ia berlari meninggalkan gue di depan pintu. Gue bingung. Apa Tania
tidak mau balikan lagi sama gue? Lima belas menit berlalu, Tania benar-benar
membuat gue tidak sabar. Lalu sesosok makhluk cantik kembali mengenakan helm surge
berwarna putih dengan tersenyum lembut ia berkata
“Helm
surge sudah kuterima. Lalu kapan kamu membawaku ke surge yang sebenarnya dengan
ikatan yang halal?”
Gue tersenyum.
Indahnya Cinta!
Blog post ini dibuat dalam rangka
mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta atau Uang?”
#KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaaja.com
dan Nulisbuku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar