Sabtu, 21 November 2015

Helm Surga



Helm Surga
Oleh: Dita Anggita
Uang? Apa yang ada dipikiran lo ketika denger kata uang? Menurut gue uang adalah segalanya! Segala sesuatu yang ada di dunia ini ga ada yang ga pake uang! Bagi gue uang bisa gue pake buat apa aja. Dengan uang gue bisa punya banyak teman. Cinta? Apalagi cinta! Cewek zaman sekarang gak ada yang nggak doyan sama yang namanya uang. Hal pertama yang cewek liat dari cowok adalah seberapa tebel isi dompetnya  buat muasin kebutuhan sekundernya.  Gue Delon. Mahasiswa teknik tingkat 3 di Institut terfavorit di Indonesia. Apa yang cewek-cewek idamkan pada diri seorang pria, semuanya ada di gue. Gue adalah paket komplit. Gue ganteng. Punya banyak duit. Popular guy. Jago basket dan yang paling keren jago bikin cewek jatuh cinta sama gue. Karena apa? Kaen gue punya uang!
Gue punya cewek. Cantik. Pinter. Ratu kampus. Pelit dan suka ngabisin duit. Duit gue maksudnya. Seperti hari ini, gue sedang nemenin dia belanja di pusat perbelanjaan elite di Jakarta.
“Kamu butuh apa lagi? Handphone kamu rusak? Tipenya sudah ketinggalan zaman? Mau beli yang baru?” tanya gue. Gue termasuk cowok yang peka terhadap kebutuhan cewek. Gue tahu cewek itu gengsinya gede, makanya sebelum cewek gue minta, gue yang tawarin duluan. Baikkan gue?!
‘“Kapan sih kita bisa pacaran dengan normal?” tanya cewek gue. Alis gue terangkat.
“Maksud kamu?” tanya gue balik “parfum kamu habis?” cewek kalau kebutuhannya udah habis biasanya moodian. Dia menggelang.
“Lalu?” tanya gue bingung.
“Kapan sih kamu berhenti nganggap aku ini cewek matre!? Aku pacaran sama kamu bukan karena uang! Aku ingin ketulusan hati kamu bukan uang kamu!”
W-W-W-WHAT??
What the hell?
“Semua barang-barang yang kamu beliin buat aku, semuanya masih bagus dan banyak yang ngga kepake! Aku pacaran sama manusiakan bukan sama ATM?”
Tunggu sebentar! Gue perlu mencerna kata-kata yang barusan keluar dari mulut cewek cantik ini. Manusia? ATM? Ketulusan hati?
“Tunggu. Tunggu Tania sayang, aku memberikan ini semua ini karena aku tahu, setiap perempuan pasti menginginkan kemewahan” gue berargumen
“Iya! Aku akui, aku suka semua yang kamu beri buat aku. Tapi! Aku merasa lelah dengan semua ini. selama setahun ini aku merasa pacaran sama mesin uang. Kamu tidak memberikan aku cinta yang tulus. Kamu menganggap aku wanita yang bisa dibeli dengan uang. Aku ga seperti itu Delon! Aku ga seperti itu!”
Gue mendengar isak tangis Tania. Baru kali ini, gue melihat Tania menangis dihadapan gue. Cinta? Apa itu cinta? Apa cinta itu uang? Gue sudah banyak menghabiskan uang selama ini. Dengan menghabiskan uang untuknya, gue berasumsi bahwa  itulah cinta gue. Uang!
“Maafin aku, Delon. Tapi aku udah nggak nyaman dengan hubungan ini. aku harap kamu bisa berubah dan tidak menganggap semua hal di dunia ini bisa kamu dapatkan dengan uang. Selamat tinggal Delon!”
Tania berlalu dari hadapan gue. Seluruh tubuh gue rasanya lemas dan kaku. Gue nggak bisa berkata apa-apa lagi saat Tania mengucapkan kata selamat tinggal. Apa itu artinya cinta tidak bisa diartikan dnegan uang?
***
Kamar gue sekarang terasa sempit. Seminggu yang lalu Tania mengirimkan semua barang-barang yang pernah gue berikan buat dia. Semuanya tanpa terkecuali! Di sudut kanan, kiri, depan, belakang, semuanya penuh dengan barang-barang Tania. Apa Tania tidak sadar kalau dengan sebegini banyaknya barang yang gue kasih, sebesar itu pula rasa cinta gue padanya? Oh Tania!aku meremas note yang tertulis di box oleh Tania
Kalau kamu serius dan memang mencintaiku
Berhenti memberikan barang-barang yang tidak bergunaitu!
Berhenti tergila-gila dengan uang!
Jika dengan memberikan barang kamu merasa puas dan senang
Cukup berikan aku helm surge. No other!

Tania Wilhemmina.

Gue bener-bener tidak mengerti dengan jalan pikiran Tania. Apa yang dia cari dari gue, kalau bukan uang? Gadis bodoh! Semua wanita senang dengan uang. Gue tahu semua ini dari nyokap gue. Sewaktu gue masih berumur 10 tahun, bokap sama nyokap gue cerai. Dari situ ge tahu bahwa kebutuhan dasar seorang wanita adalah uang.
“Delon. Dengerin Mama. Kamu harus jadi orang yang punya banyak uang ya. Wanita itu butuh uang. Kamu liat, karena Papa nggak punya banyak uang, Papa nggak bisa nyenengin Mama” itulah kata-kata nyokap gue.
“Jadi, Mama pisah sama Papa, gara-gara Papa nggak punya banyak uang?”
Dengan anggukan kepala dari nyokap gue, membuat gue berkesimpulan bahwa kebutuhan dasar wanita adalah uang.
Dan sekarang gue bingung. gue beneran bingung. kenapa Tania tidak seperti wanita yang digambarkan oleh nyokap gue? Kenapa Tania tidak menyukai uang gue? Kenapa Tania berbeda dengan Mama? Kenapa mama pergi saat papa ngga punya uang dan kenapa Tania pergi saat gue banyak uang?
“Apa yang membuatmu berpikir begitu keras?” bokap gue tiba-tiba aja udah ada di kamar.
“Delon bingung, Pa dengan Tania”
“Tania? Gadis yang mengembalikan semua barang-barang ini?”
Gue mengangguk.
“Delon. Tania adalah sosok wanita yang seharusnya kamu pertahankan. Karena apa?” gue mengangkat bahu acuh “Sosok wanita yang sebenarnya itu adalah wanita yang tidak memandangmu berdasarkan materi, baik fisik maupun harta yang kamu punya. Itu adalah wanita yang sesungguhnya”
“Terus mama??” tanya gue
“Mama mu adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang tidak membutuhkan cinta yang tulus. Apa kamu tahu kalau harta bisa dicari dengan cinta, tapi cinta tidak bisa dicari dengan harta?”
Gue merenungkan apa yang dikatakan oleh bokap gue.
Harta bisa dicari dengan cinta?
Cinta tidak bisa dicari dengan harta?
Harta bisa dicari oleh Delon?
Harta bisa dicari oleh Tania?
Delon tidak bisa dicari dengan harta?
Tania tidak bisa dcari dengan harta?
Seketika itu juga gue berlari mengambil jaket dan bertanya pada Papa
“Pa, helm surge itu apa?”
***
Gue sudah berdiri di depan rumh Tania. Dada gue tiba-tiba merasa berdebar-debar. Suatu hal yang sebelumnya belum pernah gue rasain. Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Gue membunyikan bel rumahnya dengan tangan bergetar. Tidak berapa lama pintu terbuka. Pemandangan yang sungguh sangat menyejukkan melihat seorang gadis berparas cantk dibalut jilbab merah muda yang menambah kecantikkannya.
“Ada apa?” tanyanya datar. Hati gue mencelos mendengar perntanyaannya.
“Aku membawakan sesuatu buat kamu”
BRAAKKK!!
Pintu terbanting dengan cukup keras.
“Pergilah aku tidak sudi menerima apapun lagi darimu!” teriaknya dari dalam sana.
Rasanya sedikit sakit. Penolakkan Tania membuat gue  sadar bahwa tidak semua wanita di dunia ini senang dengan yang namanya uang.
“Aku membawakan helm surge untukmu, Tania” jelas gue dengan suara lembut. Karena gue yakin itu yang dibutuhin Tania, dan gue juga yakin kalau Tania masih ada di depan pintu sana,
Tiba-tiba pintu kembali terbuka dengan muka jutek Tania menadahkan tangannya. Sambil tersenyum gue memberikan sebuah bingkisan cantik yang di dalamnya terdapat helm surge sesuai dengan permintaan Tania.
“Apa yang membuat kamu berpikir untuk memberikan jilbab ini untukku?” tanya Tania sedikit melembut.
“karena aku sadar bahwa kamu adalah wanita yang layak aku pertahankan. Kamu adalah wanita yang tidak pernah aku gambarkan ada dalam kehidupan nyata. Aku selalu berpikir bahwa semua wanita itu sama seperti mamaku”
Mata Tania berkaca-kaca ia berlari meninggalkan gue di depan pintu. Gue bingung. Apa Tania tidak mau balikan lagi sama gue? Lima belas menit berlalu, Tania benar-benar membuat gue tidak sabar. Lalu sesosok makhluk cantik kembali mengenakan helm surge berwarna putih dengan tersenyum lembut ia berkata
“Helm surge sudah kuterima. Lalu kapan kamu membawaku ke surge yang sebenarnya dengan ikatan yang halal?”
Gue tersenyum. Indahnya Cinta!


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaaja.com dan Nulisbuku.com

Kamis, 22 Oktober 2015

Cerpen Romance: Dicintai Playboy



Dicintai Playboy
Oleh: Dita Anggita
“Aku kan sudah bilang kalau aku bukan tipe orang yang banyak bicara. Jadi, berhentilah menggangguku!” ucapku dengan emosi tertahan kepada seorang laki-laki di hadapanku yang bulan-bulan ini sering banget muncul di depanku.
“Oh ya? Kau tau aku itu anak Psikologi , jadi aku tau kau bukan orang yang berkepribadian seperti yang barusan kau katakan” jawabnya santai. Aku memandangnya sebal. Dia pikir dia siapa so tau tentang hidupku? Baiklah sebelum kalian bertanya tentang dia, akan aku perkenalkan. Namanya Ken. Aku tidak tau nama lengkapnya, dan aku juga tidak perlu tahu. Orang ini tiba-tiba saja sering menguntitku sejak aku masuk klub sialan itu. Entah dari mana dia tahu namaku, kelasku, fakultasku dan nomor handphoneku. Bahkan dia tau kebiasaanku yang hanya sebagian kecil saja orang mengetahuinya. kata Angel sahabatku, aku beruntung Karena katanya aku di sukai orang yang popular , tampan dan incaran gadis-gadis seantero kampus ini.
What? Kau bilang popular? Bahkan aku pun mengetahuinya setelah masuk klub terkutuk itu! kataku saat Angel dengan antusiasnya menceritakan lelaki itu.
Itu sih karena lo nya yang gak gaul. Hello ? orang paling membosankan dan kutu buku di kampus ini kan cuman elo! Katanya lalu tertawa cekikian. Bah ! jika aku membosankan, kenapa hanya aku yang jadi sahabatnya? Ckck
Dan yang perlu kau tau Kelly sayang, Ken itu playboy!
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Hal yang paling kubenci setelah orang bodoh dan pemalas adalah playboy! Mereka itu hanya sekumpulan cowok tak berguna yang bisanya Cuma tebar pesona sana-sini merasa hebat dan sangat bangga saat mendapat julukan P L A Y B O Y! beuh! Menjijikan! Aku bergedik ngeri.
“Kenapa kau selalu berekpresi seperti itu saat aku ada di hadapanmu” tanyanya membuyarkan lamunanku. Aku hanya memutar mataku bosan dan tak sedikitpun aku berniat menjawab pertanyaannya. Ngomong aja sama tembok sana!
“Aku sering melihatmu bercanda bersama teman-temanmu dan kau kulihat malah paling cerewet! Kenapa saat denganku kau selalu bungkam seribu bahasa?” Tanyanya lagi.
“Itu karena aku nyaman dengan mereka! Sedangkan denganmu” aku memutar mataku bosan. Aku tidak perlu meneruskannya, aku yakin dia mengerti
“Dan aku membuatmu tidak nyaman?” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengendikkan bahuku.
“Baiklah. Tapi ada hal 3 hal yang perlu kau catat” dia berhenti sejenak . Menunggu reaksiku. Aku hanya mengangkat alisku dan menatapnya tak acuh.
“Pertama, aku adalah Kenio Putra Sugara” oh itu nama lengkapnya. Aku mengangguk dalam hati.
“kedua, seorang Kenio Putra Sugara tak pernah mendapat penolakkan!” katanya penuh penekanan. Masa? Buktinya aku dengan terang-terangan menolakmu! Aku tersenyum sinis.
“Ketiga, dan yang menolakku dia yang akan mengejarku!” katanya lalu berlalu dari hadapanku. Aku menatapnya horror. Dia pikir aku akan mengejarnya?  Mimpi kali!
Drrt,,,drtttt.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada pesan WA masuk
I am Kenio
Ingat! Aku tak akan menghubungimu setelah ini.
Kenapa? Karna kau lah yang pasti menghubungiku. :>
Jangan harap! Aku melemparkan ponselku ke sembarang arah. Tak sudi aku. Memang dia pikir aku ada keperluan apa sampai aku harus menghubunginya? Bahkan aku pun sudah keluar dari klub brensek itu. Bukan klubnya sih yang brengsek! Tapi cowok playboy sialan itu!
Liat ? belum berapa menit bahkan sekarang dia sedang menggoda murid baru yang sedang kebingungan mencari kelasnya. Cihh ! Dan dia pikir dengan kelakuan pecicilannya itu aku akan dengan suka rela menghubunginya? Mimpi aja sana!
“Wisss horang kayah buang-buang handphone!” aku menyengir saat Angel menyerahkan handphoneku.
“Yahhh.. lecet nih, handphone satu-satunya” aku meringis
“Makanya kalau butuh jangan dibuang!”
“Aku lagi kesel kali” kataku sebal. Sambil menunjuk si playboy itu dengan daguku yang saat ini sedang mejeng dengan senior. Ya ampun! Bahkan ga sampe ngedip juga tu orang dah ganti lagi cewe. Aku menatapnya shock.
“Ciee,, cemburuu,, ciiiee” Aku membuka mulutku. Gila! Apaan aku cemburu sama orang begituan?
“Udah jangan so jaim deh lo. Kejar aja sono si Ken!” aku semakin membuka mulutku lebih lebar lagi. Fix  Ini anak gila!
“Hahaha” kurang ajar dia malah menertawakanku.
>>>>>>>> 
Sudah hampir sebulan hidupku kembali normal. Ken benar-benar tak menghubungiku dan bahkan tak pernah mengikutiku lagi. Aku patut bersyukur. Sekarang tak ada lagi orang yang mengambil bukuku saat sedang membaca. Tak akan ada lagi orang yang ngomong gajelas saat aku sedang duduk hotspotan di taman. Tak ada lagi yang mengganggu acara makanku di kantin. Dan tak ada lagi dering mnyebalkan di handphoneku! Yesssss!! Akhirnya aku bebaaaaaaaas!!
Biasanya kalau lagi nyantai begini, Ken pasti dateng. Apa aja dia omongin , ga peduli aku denger atau tidak. Bhahaha. Kalau di pikir-pikir ya aku jahat juga pada Ken, padahal kadang dia juga baik sih nolongin aku kalau lagi susah. Kayak waktu aku lagi lupa gak bawa dompet pas mau bayar taksi tiba-tiba aja dia nongol dan pulangnya dengan tanpa ku minta dia mengantarku meski aku menolak dengan keras. Aku tersenyum membayangkan itu. Apa dia selalu melakukan hal ini ya untuk memikat cewek-ceweknya? Ah tapi , ko aku jadi kepo sih? Bukan urusanku kali? Ini adalah sebulan penuh kemenangan! Aku harus merayakannya! Ya, Angel bersiap-siaplah hari ini kau akan makan gratis!
Seperti yang aku katakana sebelumnya, Angel hari ini dapat makan gratis. Tentu saja aku yang mentraktirnya! Ini adalah perayaan kebebasanku. Kebebasan dari si playboy keasinan itu.
“Dalam rangka apa nih tumben bener?” Tanya Angel sambil memakan makanan yang baru saja sampai di meja kami
“Dalam rangka sebulan kebebasanku dari Ken!” aku berkata dengan antusias. Namun tak seperti perkiraanku , Angel malah mengerutkan keningnya..
“Kenapa?” tanyaku heran
“Lah aneh aja, kok tau sih udah berapa lama ga dihubungi Ken?”
Aku mengernyitkan dahiku. “Maksudnya?”
“Ya kalau lo ga peduli, harusnya lo gak akan inget ini hari ke berapa ga dia hubungi. Harusnya kalau ga peduli ya mau dia pergi dua hari juga gak akan inget yang penting udah terbebas aja dan the end deh”
Iya yah. Ko aku bisa inget dan hafal betul kalu ini adalah tepat ke sebulan Ken hilang dari hidupku? Apa aku menghitungnya? Engga deh! Kurang kerjaan banget aku! Tapi ko aku bisa tahu?
“Jadi?” tanyaku ragu
“Ya berarti lo suka sama si Ken!” jawab Angel enteng
“Hah?”
“Atau lo merasa kehilangan dia?”
“Hah?” sukses aku melongo
“Hah-hah terus. Mending juju raja deh, lo suka kali sama si Ken”
“Hah?”
Tapi aku gak suka sama si KEN!
>>>>>>> 
Pertengahan semester 7 aku sudah hampir sibuk dengan persiapan skripsiku. Sks hampir beres semua tinggal perbaiki beberapa biar berubah jadi A. ah rasanya seneng banget jadi anak teladan bisa kelar kuliah dalam jangka waktu yang bisa dikatakan tak terlalu molor.
Aku sudah menyiapkan materinya. Dosen pembimbingku pun setuju dengan judulnya katanya aku cukup kreatif. Tinggal persiapan bahan! Saat aku menjelajah di dunia perbukuan online. Gilaaa , ada buku yang keren banget, lengkep banget dan pas banget dengan materiku. Tapi!!! Sayaaang, harganya selangit! Aku menunduk lesu.
Lalu di tab lainnya aku sibuk mengetik di twitterku. Aku memang pintar dan kata orang kutu buku, tapi aku juga tidak kudeettt. Bhaha
KL@kelly07
pliss .. aku butuh uang!
Siapapun pliss bantu aku bisa dapetin tu buku
Ini urgent!
Dan banyak juga sih yang komen.
@kelli07 emang brp sih mba?
@milla sekitar 4  kali harga iphone kamu dde
@kelly07 gila mba.. aku ga bisa bantu nih L
@milla gitu sih de L nanti aku jadiin ade beneran dehh L
@kelly07 haha kalo cowok jadiin pacar y mba :P
@milla huhu iya deh de iyaa kalo ada cowok yg bantu kwkwk
Dan tak ada yang bisa membantukku. Aku lemas. Alamat harus numpukkin bahan banyak nihhh. Ah malu banget kan kalau minta sama orang tua.
Tok..tok..tok
Aku bergegas membuka pintu. Gak ada orang. Iseng banget sih. Tau orang lagi setress juga!
Aku menundukkan kepalaku lemas. Dan, Kotak? Kotak apa ini? Aku membukanya di dalam dengan segera. Aku tercengang. Serius aku tercengang! Ini cover buku yang aku pengenin. Oh siapapun yang mengirimnya, yang pasti aku berhutang budi padamu. Thank you so much. Aku dengan semangat melihat isinya, tapi kok covernya doang sih? Kurang ajar siapa yang ngerjain aku?
Aku  melempar benda itu ke sudut ruangan dan  menendangnya. Huh. Bikin orang seneng aja sih! Tapi itu apaan yaaa kok kaya note gitu. Dengan setengah hati aku mengambilnya
Halaman pertama terlulis
hay?
Apa banget sih nih orang. Beneran ngerjain aku kan yaaa! Aku membuka halaman berikutnya.
Emh, aku gak lagi ngerjain kamu kok.
Terus?
Masih mau kan bukunya?
Tentu saja!
Apa kamu bersedia mengambilnya sendiri ketempatku? Ini gratis lo.
Ya kalau benaran gratis sih aku jabanin. Siapa takut!
Bener?
Astaga . ini orang kurang kerjaan banget. Dengan tak sabar aku membuka halaman terakhir.
Baiklah. Hubungi saja aku, nomorku masih yang dulu. (Ken)
APPAH??
Ko Ken sih?
Ini orang ko bisa tau aku lagi butuh buku ini. Padahal belum 3 jam aku menemukan buku ini di internet. Ini ko kayanya niat banget ngerjain aku. Jangan harap Ken aku tak akan menghubungimu. Lebih baik aku ngemis dijalanan daripada hubungi kamu.
***
Hhaaahhhhh!! Lelah juga. Buka buku ini, buku itu dengan banyak kelemahannya. Huft. Andai saja aku bisa milikkin buku itu. Andai saja buku itu tak semahal itu. Andai orang yang mau memberi buku gratis itu bukan Ken. Hhhhh aku lelah! Aku menundukkan kepalaku di meja. Di atas tumpukkan buku-buku yang tebalnya gila-gilaan. Kalau dulu aku menertawakn orang yang tak suka baca buku, kini aku menertawakan diriku sendiri. Bagaimanapun aku manusia yang punya banyak kelemahan.
Praaakkk..
Sesuatu dijatuhkan di mejaku. Aku mendongak kesal.
“Ken?” kataku lebih kepada diri sendiri.
“Apa? Egois banget nyiksa diri sendiri” katanya dingin lalu duduk dihadapanku. Aku hanya diam dan sedikit salah tingkah. Apa banget sih aku coba?
“Nih bukunya. Ambil aja, gak usah nyiksa dengan buku-buku yang banyak kekurangan gitu. Lagian cuman tinggal bilang, Ken aku butuh buku itu susah bener!” katanya dengan nada yang datar? Kenapa coba dia? Aku memandangnya ragu.
“Ambil aja” menggigit bibir bawahku aku mengambil buku itu. Dan Ken berlalu dari hadapanku. Kok pergi sih. Kan aku belum bilang makasih. Panggil jangan ya? Terus kalau panggil aku harus bilang apa? Tapi Ken juga udah jauh, gausah deh.
Hey, bukannya aku anak teladan yang tahu terima kasih? Tapi kan ken udah jauh.
Ya dikejar dong! Ngga deh gengsi kali.
Cuman perlu bilang Ken thanks ya bukunya. Apa susahnya?
Hhh batinku terus saja berdebat. Lagian  Ken juga udah ga keliatan.
Aku membolak-balik buku itu. Semakin aku baca semakin aku merasa harus berterima kasih pada Ken. Aku menghembuskan nafas dalam dan mulai mencari Ken. Bagaimanapun aku harus berterima kasih padanya.
Lapangan basket ga ada. Kantin ga ada. Kelasnya juga ga ada. Kemana dia? Ya aku sedang mencari Ken. Huh lagi dicari malah kagak ada. Aku menghembuskan nafas dalam. Dan … Di sana! Aku mempercepat langkahku sampai aku sadar saat ini Ken tidak sendiri, seperti biasa dia sedang tepe-tepe sama cewek yang cantiknya ga hanya bikin cowo tertarik bahkan bikin wanita sepertiku juga ngiler. Duh jadi ga pede. Lanjut jangan ya? Tapi ini kesempatan deh, gapapa aku ganggu ya Ken, ini urgent. Uhukk..
“Ken…” aku memanggilnya pelan. Pelan banget. Tapi Ken dengan cepat langsung menoleh dan menghampirikku. Dan kenapa ini jantungku berdegup tak menentu. Oh Tuhan, senyumnya itu membuat pipikku terasa panas.
“Kenapa Kell?” tanyanya sambil terus tersenyum. Apaan sih nih orang? Dan ini kenapa sih jantungku gak berhenti loncat-loncat?
“Emh,,” aku menghembuskan nafas dalam sekali lagi
“Kenapa gak dari dulu ya, aku pake cara kaya gini?” katanya sambil terus tersenyum padaku. Ini orang kenapa sih?
“Hah?” hanya itu yang keluar dari mulutku
“Segala cara aku lakukan, biar kamu bisa anggap aku ada Kell, baru kali kamu manggil aku bahkan saat aku lagi sama tante-tante itu” tante? TANTE? Dia terkekeh. Aku hanya menatapnya tak mengerti.
“Bisakah kau menghilangkan muka bodohmu itu?”
APPAH? DIA BILANG AKU BODOH?
“Oke Ken aku kesini Cuma mau bilang…”
“Sebentar” potongnya “Kelly plis dengerin aku dulu.” oke aku dengarkan
“Tidakk bisakah kau melihat kesungguhanku?” aku mengerutkan kening “Oh Kelly sadarlah , aku menyukaimu tidak aku mencintaimu”
Deg! Kenapa aku kaget gini ya?
“Dan Ken pliss. Orang sepertimu bisa mencintai seseorang, itu konyol!” kataku mencoba menetralkan persaanku yang tiba-tiba saja aku merasa… senang?
“Kelly.. yah mungkin selama ini yang kau tahu aku seorang playboy, tapi percayalah semua itu hanya topeng” aku menatapnya tidak percaya. Mana ada playboy topeng? Kalo hobby mungkin aku bisa percaya. Kau membodohi orang yang bodoh Ken.
“Aku selama ini hanya bosan dengan rutinitasku yang itu-itu saja, aku mencoba hal-hal baru dengan menjadi…” dia tidak meneruskannya. Oke aku mengerti playboy maksudmu. Dan itu kau bilang topeng?. Jiaahhh ketawa salto aku
“Itu semua demi menutupi perasaanku padamu, yang sudah muncul semenjak aku melihatmu di saat ospek hari ketiga.”
APPAH?
“Yah ini faktanya. Apa kamu tidak sadar sebelum penjurusan dari semester pertama sampai kedua kita selalu sekelas?”
Sekali lagi. APPAH?
“Benar-benar kau itu membuatku jungkir balik. Dan aku meyimpang dari jurusan awalku di hukum  dan demi mengetahui kepribadianmu aku masuk Psikologi”
Boleh aku berkata sekali lagi. APPAH?
“Puncaknya kau waktu itu ikut gabung di klub lamaku. Dan semua temen-temenku sering lirik-lirik kamu. Aku gak rela dong, makanya aku sering ikutin kamu biar orang-orang taunya kamu itu milikku!”
Sejujurnya aku sudah lelah. Tapi bolehkah aku berkata sekali lagi? APPAH?
“Meski kamu selalu cuekkin tapi aku bahagia bisa deket kamu.”
Waw dan APPAH?
“Udah kagetnya?” aku mengerjapkan mataku. Ini benar-benar di luar dugaanku.
“Kenapa?” tanyaku akhirnya
“Jawabannya adalah karena” ucapnya terkekeh “Kalau bertanya tuh yang jelas dong sayang”
“Apaan sayang?!” ucapku sebal
“Iya aku sayang kamu. Kamu mau jadi pacar aku?”
“Kamu belum jawab pertanyaanku?”
“Kan aku sudah jawab, jawabannya karena. kamu Tanya kenapa? Aku jawab karena?”
Benar juga! Pertanyaanku ambigu. Kenapa otakku pintar dalam kelas tapi bodoh banget soal ginian. Hufttt
“Kenapa aku?”
“Ya karena itu kamu, makanya aku suka”aku tak mengerti
“Oke. Kalau boleh jujur emang aku playboy dari semenjak SMA, tapi semenjak melihatmu aku berniat ingin berubah” katanya sungguh-sungguh
“Kulihat kau tidak berubah” kataku sambil melirik cewek tadi yang sepertinya masih menunggu Ken. Tapi jangan harap ya tante! Eh?
“Itu tadi Karena pengalihan sakit hatikku, saat kamu tidak bereaksi apa-apa dan bahkan tak mengejarku. Sungguh. Sakitnya tuh disini” katanya sambil menunjuk dada kirinya
“Lebay!” kataku mencibir
“Ga papalah lebay juga, kan demi kamu” katanya sambil mengerlingkan matanya
“Dasar playboy!”
“Hahaha” kok ketawa?
“Yuuk sayang kita kencan?” katanya menggandeng tanganku.
Emang aku udah bilang iya? Belum kan?
“Gak usah bingung gitu, sebelumnya aku susah banget liat ekpresi kamu. Bahkan tadi di perpus pun aku kesulitan melihat bahasa tubuh kamu. Tapi barusan dengan sekali lirik aku sudah tau jawabannya. Hahah” aku memukul tangannya.
Benarkah? Benarkah aku akan bilang iya pada si playboy ini?

Happy reading ^^
Hak cipta dilindungi Undang-Undang.
No copy! No plagiat! Boleh share sertakan alamat penulis. :D