Sabtu, 21 November 2015

Helm Surga



Helm Surga
Oleh: Dita Anggita
Uang? Apa yang ada dipikiran lo ketika denger kata uang? Menurut gue uang adalah segalanya! Segala sesuatu yang ada di dunia ini ga ada yang ga pake uang! Bagi gue uang bisa gue pake buat apa aja. Dengan uang gue bisa punya banyak teman. Cinta? Apalagi cinta! Cewek zaman sekarang gak ada yang nggak doyan sama yang namanya uang. Hal pertama yang cewek liat dari cowok adalah seberapa tebel isi dompetnya  buat muasin kebutuhan sekundernya.  Gue Delon. Mahasiswa teknik tingkat 3 di Institut terfavorit di Indonesia. Apa yang cewek-cewek idamkan pada diri seorang pria, semuanya ada di gue. Gue adalah paket komplit. Gue ganteng. Punya banyak duit. Popular guy. Jago basket dan yang paling keren jago bikin cewek jatuh cinta sama gue. Karena apa? Kaen gue punya uang!
Gue punya cewek. Cantik. Pinter. Ratu kampus. Pelit dan suka ngabisin duit. Duit gue maksudnya. Seperti hari ini, gue sedang nemenin dia belanja di pusat perbelanjaan elite di Jakarta.
“Kamu butuh apa lagi? Handphone kamu rusak? Tipenya sudah ketinggalan zaman? Mau beli yang baru?” tanya gue. Gue termasuk cowok yang peka terhadap kebutuhan cewek. Gue tahu cewek itu gengsinya gede, makanya sebelum cewek gue minta, gue yang tawarin duluan. Baikkan gue?!
‘“Kapan sih kita bisa pacaran dengan normal?” tanya cewek gue. Alis gue terangkat.
“Maksud kamu?” tanya gue balik “parfum kamu habis?” cewek kalau kebutuhannya udah habis biasanya moodian. Dia menggelang.
“Lalu?” tanya gue bingung.
“Kapan sih kamu berhenti nganggap aku ini cewek matre!? Aku pacaran sama kamu bukan karena uang! Aku ingin ketulusan hati kamu bukan uang kamu!”
W-W-W-WHAT??
What the hell?
“Semua barang-barang yang kamu beliin buat aku, semuanya masih bagus dan banyak yang ngga kepake! Aku pacaran sama manusiakan bukan sama ATM?”
Tunggu sebentar! Gue perlu mencerna kata-kata yang barusan keluar dari mulut cewek cantik ini. Manusia? ATM? Ketulusan hati?
“Tunggu. Tunggu Tania sayang, aku memberikan ini semua ini karena aku tahu, setiap perempuan pasti menginginkan kemewahan” gue berargumen
“Iya! Aku akui, aku suka semua yang kamu beri buat aku. Tapi! Aku merasa lelah dengan semua ini. selama setahun ini aku merasa pacaran sama mesin uang. Kamu tidak memberikan aku cinta yang tulus. Kamu menganggap aku wanita yang bisa dibeli dengan uang. Aku ga seperti itu Delon! Aku ga seperti itu!”
Gue mendengar isak tangis Tania. Baru kali ini, gue melihat Tania menangis dihadapan gue. Cinta? Apa itu cinta? Apa cinta itu uang? Gue sudah banyak menghabiskan uang selama ini. Dengan menghabiskan uang untuknya, gue berasumsi bahwa  itulah cinta gue. Uang!
“Maafin aku, Delon. Tapi aku udah nggak nyaman dengan hubungan ini. aku harap kamu bisa berubah dan tidak menganggap semua hal di dunia ini bisa kamu dapatkan dengan uang. Selamat tinggal Delon!”
Tania berlalu dari hadapan gue. Seluruh tubuh gue rasanya lemas dan kaku. Gue nggak bisa berkata apa-apa lagi saat Tania mengucapkan kata selamat tinggal. Apa itu artinya cinta tidak bisa diartikan dnegan uang?
***
Kamar gue sekarang terasa sempit. Seminggu yang lalu Tania mengirimkan semua barang-barang yang pernah gue berikan buat dia. Semuanya tanpa terkecuali! Di sudut kanan, kiri, depan, belakang, semuanya penuh dengan barang-barang Tania. Apa Tania tidak sadar kalau dengan sebegini banyaknya barang yang gue kasih, sebesar itu pula rasa cinta gue padanya? Oh Tania!aku meremas note yang tertulis di box oleh Tania
Kalau kamu serius dan memang mencintaiku
Berhenti memberikan barang-barang yang tidak bergunaitu!
Berhenti tergila-gila dengan uang!
Jika dengan memberikan barang kamu merasa puas dan senang
Cukup berikan aku helm surge. No other!

Tania Wilhemmina.

Gue bener-bener tidak mengerti dengan jalan pikiran Tania. Apa yang dia cari dari gue, kalau bukan uang? Gadis bodoh! Semua wanita senang dengan uang. Gue tahu semua ini dari nyokap gue. Sewaktu gue masih berumur 10 tahun, bokap sama nyokap gue cerai. Dari situ ge tahu bahwa kebutuhan dasar seorang wanita adalah uang.
“Delon. Dengerin Mama. Kamu harus jadi orang yang punya banyak uang ya. Wanita itu butuh uang. Kamu liat, karena Papa nggak punya banyak uang, Papa nggak bisa nyenengin Mama” itulah kata-kata nyokap gue.
“Jadi, Mama pisah sama Papa, gara-gara Papa nggak punya banyak uang?”
Dengan anggukan kepala dari nyokap gue, membuat gue berkesimpulan bahwa kebutuhan dasar wanita adalah uang.
Dan sekarang gue bingung. gue beneran bingung. kenapa Tania tidak seperti wanita yang digambarkan oleh nyokap gue? Kenapa Tania tidak menyukai uang gue? Kenapa Tania berbeda dengan Mama? Kenapa mama pergi saat papa ngga punya uang dan kenapa Tania pergi saat gue banyak uang?
“Apa yang membuatmu berpikir begitu keras?” bokap gue tiba-tiba aja udah ada di kamar.
“Delon bingung, Pa dengan Tania”
“Tania? Gadis yang mengembalikan semua barang-barang ini?”
Gue mengangguk.
“Delon. Tania adalah sosok wanita yang seharusnya kamu pertahankan. Karena apa?” gue mengangkat bahu acuh “Sosok wanita yang sebenarnya itu adalah wanita yang tidak memandangmu berdasarkan materi, baik fisik maupun harta yang kamu punya. Itu adalah wanita yang sesungguhnya”
“Terus mama??” tanya gue
“Mama mu adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang tidak membutuhkan cinta yang tulus. Apa kamu tahu kalau harta bisa dicari dengan cinta, tapi cinta tidak bisa dicari dengan harta?”
Gue merenungkan apa yang dikatakan oleh bokap gue.
Harta bisa dicari dengan cinta?
Cinta tidak bisa dicari dengan harta?
Harta bisa dicari oleh Delon?
Harta bisa dicari oleh Tania?
Delon tidak bisa dicari dengan harta?
Tania tidak bisa dcari dengan harta?
Seketika itu juga gue berlari mengambil jaket dan bertanya pada Papa
“Pa, helm surge itu apa?”
***
Gue sudah berdiri di depan rumh Tania. Dada gue tiba-tiba merasa berdebar-debar. Suatu hal yang sebelumnya belum pernah gue rasain. Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Gue membunyikan bel rumahnya dengan tangan bergetar. Tidak berapa lama pintu terbuka. Pemandangan yang sungguh sangat menyejukkan melihat seorang gadis berparas cantk dibalut jilbab merah muda yang menambah kecantikkannya.
“Ada apa?” tanyanya datar. Hati gue mencelos mendengar perntanyaannya.
“Aku membawakan sesuatu buat kamu”
BRAAKKK!!
Pintu terbanting dengan cukup keras.
“Pergilah aku tidak sudi menerima apapun lagi darimu!” teriaknya dari dalam sana.
Rasanya sedikit sakit. Penolakkan Tania membuat gue  sadar bahwa tidak semua wanita di dunia ini senang dengan yang namanya uang.
“Aku membawakan helm surge untukmu, Tania” jelas gue dengan suara lembut. Karena gue yakin itu yang dibutuhin Tania, dan gue juga yakin kalau Tania masih ada di depan pintu sana,
Tiba-tiba pintu kembali terbuka dengan muka jutek Tania menadahkan tangannya. Sambil tersenyum gue memberikan sebuah bingkisan cantik yang di dalamnya terdapat helm surge sesuai dengan permintaan Tania.
“Apa yang membuat kamu berpikir untuk memberikan jilbab ini untukku?” tanya Tania sedikit melembut.
“karena aku sadar bahwa kamu adalah wanita yang layak aku pertahankan. Kamu adalah wanita yang tidak pernah aku gambarkan ada dalam kehidupan nyata. Aku selalu berpikir bahwa semua wanita itu sama seperti mamaku”
Mata Tania berkaca-kaca ia berlari meninggalkan gue di depan pintu. Gue bingung. Apa Tania tidak mau balikan lagi sama gue? Lima belas menit berlalu, Tania benar-benar membuat gue tidak sabar. Lalu sesosok makhluk cantik kembali mengenakan helm surge berwarna putih dengan tersenyum lembut ia berkata
“Helm surge sudah kuterima. Lalu kapan kamu membawaku ke surge yang sebenarnya dengan ikatan yang halal?”
Gue tersenyum. Indahnya Cinta!


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaaja.com dan Nulisbuku.com