Rabu, 21 Januari 2015

selayang kisah #edisi 1



Selayang kisah
By : Dita anggita

Tap. Tap. Tap.
Langkah suara kaki wanita itu perlahan memasuki koridor rumah sakit tempatnya bekerja. Hari ini adalah hari perdananya untuk kembali mendapatkan kepercayaan melakukan operasi setelah 7 tahun lamanya. Perasaannya campur aduk antara takut, grogi dan tak percaya. Dari pertama melangkah hatinya selalu bertanya-tanya siapkah aku? Lalu berbagai bayangan kelam itu juga mendadak muncul dalam ingatannya. Nafasnya tiba-tiba terasa berat.
Sreeettt.
Ia berhenti melangkah. tidak! aku belum siap! Aku harus kembali, ini bukan tempatku! Tergesa-gesa ia membalikkan tubuhnya dan berjalan dengan cepat tanpa menoleh.
“dokter Dira!!” panggil seseorang yang membuatnya berhenti ditempat dengan tubuh gemetar.”kami sudah menunggu dokter dari tadi, pasien sudah benar-benar membutuhkan pertolongan”
Dira menatap pemuda yang ada didepannya ini dengan tatapan maaf aku tidak bisa melakukannya.
“ayolah dokter, sampai kapan dokter seperti ini terus, dokter bukan tidak bisa tapi dokter hanya takut mencoba” pemuda yang sudah 2 tahun terakhir ini menjadi asistennya tersebut tersenyum “kita semua percaya sama dokter”
“haruskah saya yang melakukannya Ali, bagaimana kalau…”
“dokter! Tak ada yang meragukan kemampuan dokter disini. Selama ini dokter hanya trauma, ketakutanlah yang mengalahkan kemampuan dokter. Ayolah dokter pasien sudah menunggu”
Dira akhirnya menggangguk. Benar. Mungkin dia hanya trauma. Dan bukankah menyelematkan nyawa orang adalah cita-citanya dari dulu. Akhirnya ia melangkah mnuju ruang operasi itu.
***
”cokelat hangat special untuk dokter cantik yang baru saja berhasil melakukan tugasnya” Ali. Asistenku dengan seringaian flamboyannya menyajikan segelas cokelat hangat didepanku. Ya. Hari ini aku telah berhasil mengalahkan ketakutanku yang selalu menghantui selama 7 tahun terakhir ini. akhirnya. Akhirnya aku bisa melakukannya lagi, Dika pasti senang mendengar hal ini. Aku sudah tak sabar ingin pulang dan mengabarkan kabar gembira kepada suami tercintaku ini.
“berhenti menatapku seperti itu Ali. Atau orang-orang akan menyangka yang macam-macam terjadi antara dokter dan asistennya” kataku dengan tatapan sok membunuh. Ali hanya tertawa mendengarnya.
“sudah kubilangkan dokter pasti bisa”
“iya Ali. Terimakasih, kalau saja tadi kau tidak memanggilku mungkin saja aku sudah lari meninggalkan tanggung jawab itu” kataku tersenyum tulus.
“itulah gunanya asisten dok” katanya dengan pedenya. “bagaimana kalau untuk merayakannya dokter traktir saya makan malam, hari ini”
Aku hanya tertawa.
“maaf Ali, sepertinya kamu lupa bahwa aku sudah punya suami”
Ali yang sedang memeriksa berkas-berkas jadwal pasien langsung berhenti dan menatapku
“dokter” ucapnya dengan tatapan tidak enak
“kenapa?” tanyaku “tidak apa-apa, suamiku bukan orang yang pencemburu kok, kecuali kalau kamu mencoba mencuri hati puteri kecil kami, dia akan…’
DEG!!!!
Seperti ada sesuatu yang menampar wajahku. Aku menutup mataku dan hatiku tersa sesak saat ini, udara seolah menghentikan oksigen untuk kuhirup, aku lupa bahwa suamiku telah meninggal.
“dokter.. dokter tidak apa-apa?” tanya Ali saat melihatku sudah terisak-isak.
“bagaimana aku bisa melupakan hal itu Ali? Aku selalu merasa bahwa dia masih hidup” jawabku dengan isakkan tangis yang memilukan
“sstt.. dokter.. dia memang masih hidup, lihat dia meninggalkan puteri yang cantik untuk dokter” katanya sambil memperlihatkan photo puteri kecilku yang kupajang di meja. Aku meraih photo itu dan mengusap-mengusapnya.
“bahkan, akupun tak tahu puteriku sekarang ada dimana…”
***
“dokter!” aku berteriak memanggil dokter Dira, padahal saat ini jaraknya tak lebih dari satu meter didepanku.
“Ali!!!” katanya sebal lalu sok melotot dengan tatapan yang membunuh, padahal tatapannya benar-benar payah. “kebiasaan deh suka teriak-teriak, kalau saya jantungan gimana?”
“hehe.. abis dokter ngelamun terus sih, lagian nih ya dokter jantungan pun tak apalah asal jantungangannya jantung hatiku” kataku mencoba menggodanya. Entah kenapa ada keasyikan tersendiri saat aku menggodanya, apalagi walaupun usianya lebih tua 8 tahun dariku, ia masih terlihat rapuh utuk wanita usia 31 tahun.
“ya..ya..ya terserah deh. Doyan banget sih godain emak satu anak” katanya sebal. Itulah biasanya kata-kata yang diucapkannya saat aku mulai menggodaya, ia seolah mengingatkan bahwa aku salah pilih tempat bermain. Namun justeru karena itu aku jadi semakin ingin melindunginya apalagi saat tahu bahwa suaminya saat juga sudah meninggal beberapa tahun lalu.
“tapi aku suka sama emak satu anak ini.hehe”
“berhentilah menggodaku anak muda, bermainlah dengan gadis seusiamu, oh ya ampun apa kamu sudah buta?”
“iya dokter. Aku buta karena mencintaimu. dokter punya obatnya ga?” jangan anggap kata cinta ini hanya main-main. Aku serius. Aku sudah menyatakan cintaku ini padanya sejak satu tahun bekerja dengannya.
“oh ayolah Ali, kalau kau sudah menemukan puteriku cintamu kupertimbangkan!” ucapnya dengan kesal. Aku tahu ia hanya memepersulitku saja dan tidak serius menyuruhku mencari anaknya. Namun semua itu sudah kulakukan sejak satu tahun lalu, dan hari ini
“justru itu dokter, aku sudah menemukan alamat baru mertuamu”
***
“kamu yakin ini rumahnya Li” tanyaku. Saat ini aku sedang berada didiepan sebuah rumah megah yang katanya adalah rumah mertuaku.
“aku sudah memastikannya 3x24 jam dokter, ini data benar-benar akurat. Seakurat cintaku padamu” jawabnya disertai smirk khasnya.
“mulai deh” kataku sambil memutarkan bola mata kesal. Bukan aku tak tahu keseriusan anak ini mencintaiku, namun aku selalu merasa bahwa cintanya padaku hanya sesaat. Bagaimana mungkin pemuda usia 23 tahun jatuh cinta wanita 31 tahun?
“aku memang mencintaimu dokter. Jangan anggap aku sebagai anak kecil terus lihatlah aku sebagai pria” ucapnya seperti merengek. Lucu sekali. Haha
“aihh.. sudahlah dokter jangan menertawai cintaku yang suci ini, sekarang ayo kita masuk dan temukan calon anakku”
Katanya sambil turun dari mobil dan mulai berjalan. Aku hanya melongo saat mendengarkan perkataanya. Calon anakku? Apa banget dia.
“cepatlah Ardira!” teriaknya.
***
Aku tak dapat berkata-kata lagi saat ini. saat ini aku sedang berhadapan dengan malaikat kecilku. Perasaan bahagia dan terharu yang melingkupi hatiku setelah berpisah sekian lama dengannya. Tujuh tahun lamanya aku dipisahksakan dengan paksa dengan dia, Aira, Anakku.
“anakku” entah sudah keberapa kalinya aku mengucapkan kata itu sejak bertemu dengannya. Sehingga tak kusadari bahwa sedari tadi anakku Aira mentapku dengan tatapan jijik. Apa? Jijik? Tapi kenapa? Ini bunda nak
“pem.bu.nuh!!” tiba-tiba malaikat kecilku itu mngucapkan kata-kat yang benar-benar melukai hatiku. Aku tersentak. Dari mana puteri kecilku itu belajar kata-kata seperti itu?
“a..a..ap..pa?” ucapku
“kau pembunuh!” teriaknya
“Aira, apa yang kamu katakana sayang?” tanyaku dengan berurai air mata.
“apa kau tuli?! Pergi dari sini! Aku tak suka rumah nenekku dikotori oleh pembunuh!” teriaknya penuh kebencian
Ya Tuhan..
Aku hampir jatuh limbung saat mendengar kata-kata itu kalau saja Ali tidak menangkapku.anakku. puteri kecilku, kenapa tumbuh seperti ini.
“bahkan cucuku yang saat itu berusia 2 tahun saja tahu bahwa kau adalah seoramg pembunuh!hah!” mertuaku! Apakah dia yang selama ini mendidik anakku menjadi seperti ini
“setelah kau bunuh anakku, kau masih berani menginjakkan kakimu disini hah? Kau tak dengar cucuku tak ingin rumah ini dikotori pembunh!”
“kau!” ucapku dengan bergetar “ apa yang kau lakukan terhadap anakku!?” tanyaku penuh tekanan
“cucuku! Dia adalah cucuku! Anak dari anakku yang kau bunuh!”
“yah dia akan jadi cucumu kalau saja kau terus mendidiknya untuk menjadi sepertimu tapi takkan kubiarkan! Aku akan mendidiknya untuk menjadi gadis yang manid! Jadi biarkan aku membawanya pergi!” ktaku sambil menarik pergelangan tangan Aira.
Sleeuuuss
Tangan itu terlepas dari genggamanku.
“lepaskan! apa kau berniat untuk membunuhku?” teriak Aira lalu berlari menjauh dariku dan memeluk neneknya.
Sakit. hatiku benat-benar sakit.
Dadaku bergemuruh, tatapan tajamku pada bekas mertuaku itu dibalasnyadengan senyuman mengejek. Benar-benar memuakkan! Aku akan membunuhnya! Tanganku hampir saja menampar pipi wanita tua itu saat tangan seseorabg menahannya. Aku menoleh. Ali! Dia menggelengkan kepalanya dan benar-benar membuatku semakin meledak.
“apa yang kau lakukan Ali!? Aku akan membunuh wanita tua ini!”
Teriakku. Dengan kasar Ali malah menyeretku keluar dan mendorongku masuk ke mobil
“apa kau sudah gila Ali?” teriakku marah
“Kau yang gila Dira!! Apa kau sadar ucapanmu tadi? Kau seolah menunjukkan pada anakmu kalau kau memang pembunuh!”
Plak!!!
***
Dokter muda itu adalah mascot rumah sakit Bunda Bhakti. Dia adalah spesialis penyakit jantung. Tidak ada yang meragukan kemampuannya. Di usianya yang masih terbilang belia puluhan operasi telah berhasil ia jalani. Hari ini adalah hari operasi yang dilakukannya untuk kesekian kalinya, seorang pria muda yang berusia hampi sebaya dengannya adalah pasien yang harus ia tangani. Dengan niat untk menyelamatkan nyawa manusia, ia berjalan ke ruang operasi didampingi beberapa suster dan asistennya. Operasi berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Setiap orang dari keluarga pasien mengucapkan terima kasih kepada dokter cantik itu. dengan perasaan lega ia berjalan keruangannya dan tersenyum saat sebuah mawar putih cantik tiba-tiba berada dihidungnya.
“dika!” teriaknya sambil tersenyum dan memeluk lelakinya itu “aku berhasil lagi” sambil mengeratkan pelukan terhadap suaminya
“aku tahu. Istriku yang canti ini memang selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dan sekarang tugasmu adalah melayani suamimu ini.” katanya sambil mencium kening istrinya dengan sayang “ayo kita rayakan dengan sikecil Aira” ajaknya sambil menggenggam tangan istrinya. Dira mengangguk dengan bahagia dan mengikuti langkah suaminya.
“karena dinda sedang senang, izinka dinda untuk mengemudikkan kuda ini kanda” ucapnya saat sudah berada didepan mobil mereka
“baiklah dinda, apalah yang tak bisa kanda berikan untuk dinda, nyawapun kanda kan berikan , bahkan saat ini juga!” jawab Dika sambil menuntun istrinya ke kursi kemudi
Dira hanya tersenyum
“kalu begitu berikan hahaha!” mereka tertawa bersama.
Ditengah perjalanan keduanya asyik brcanda mesra. Saat tiba-tiba drrttt… drrtttt.. drrrttt..
Suara handphone Dira memecah keasyikan pasangan mesra ini.
“halo” jawab Dira
“dokter Dira” suara disebrang sana
“iya kenapa Risna”
“operasi yang kita lakukan mengalami kesalahan, saat ini pasien sedang mengalami koma”
“apa? Ko bisa? Baiklah aku kembali kesana”


     Dira melangkah dengan cepat menuju ruangan tempat pasien ynang baru saja ia operasi. Saat ia hendak membuka pintu
PLAK!!!
Seorang wanita muda tib-tiba menamparnya.
“dokter palsu! Apa yang kau lakukan pada calon suamiku? Kau tahu bukan depan kami akan menikah! Semuanya sudah kami siapkan dengan matang, dan kau malah mengacaukan segalanya, apa kau tahu rasanya ditinggalkan seseorang yang kau cintai? Sakit!!” wanita it uterus meracau membuat Dira secara automatis merasa shock
“mba tolong tenang, istri saya bukan Tuhan, mungkin ini memang sudah takdir. Mba seharusnya mendoakan calon suaminya” kata Dika yang saat ini sedang menenangkan Dira yang shock
“oh jadi kau suaminya. Dokter apa dokter akan mendoakan kalau seandainya suami dokter berakhir seperti calon suami saya”
“a.. app ppaa yang kau lakukan?” tanya Dira
Namun wanita itu berlari keruang operasi.
“tenang sayang dia hanya shock.” Ucap Dika menenangkan istrinya
“aku gagal” kata Dira dengan gemetar
“sssttt sayang, kamu tidak pernah ah!”
Jleb !
Sebuah gunting tajam berhasil menusuk ulu hati Dika. Dira yang shock lalu berteriak
“apa yang kau lakukan wanita gila!” teriak Dira lalu sesaat kemudian gelap!
***
Aira benar-benar tidak menyangka atas apa yang baru saj Aira dengar dari om itu. om itu menceritakan kisah tentang kematian ayah. Cerita yang sangat jauh berbeda dari cerita yang Aira degar dari nenek. Namun Aira bingung, Aira harus percaya sama siapa. sama siapa Aira harus percaya? Om ini adalah orang asing yang kemarin datang bersama orang yang mengaku ibuku, bisa saja kan dia mengarang cerita dan bersekongkol. Tapi hati kecil Aira juga berkata bahwa ga mungkin ibu Aira sejahat itu sama ayah. Kalau ibu mau bunuh ayah, kenapa dulu mereka nikah coba? Padahalkan kalau mau saling bunuh-bunuhhan jangan nikah aja. Aira pusing. Harus percaya sama nenek yang udah besari Aira atau sama cerita om ini.
“ayah Dika itu baik dan cinta banget sama bunda Dira, jadi ga mungkin kan bunda Dira ngebunuh ayah Dika yang baik banget sama bunda” kata om itu lagi
“bagaimana Aira percaya”
“nih om punya buktinya”
Om itu memberikan sebuah album photo. Saat Aira buka isinya adalh photo ayah Dika, BUnda Dira dan Aira kecil. Dibelakang photo itu ada tulisan-tulisan percakan ayah dan bunda dan juga tahunnya. Jadi selama ini nenek bohongin Aira. Aira harus gimana dong? Kemarin Aira sudah bilang yang tidak enak tentang bunda. Apa bunda akan maafin Aira? Aira sedang berpikir keras.
“ekheemmm.. om punya solusi nih biar bunda maafin Aira”
“yang benar om?” tanya Aira tidak sabr, tapi om itu malh tersenyum aneh dan membisikka sesuatu yang membuat Aira shock.
Dunia orang dewasa memang penuh kejutan.
***
Entah kata apa yang dapat kuucapkan saat ini untuk menggambarkan perasaan bahagiaku.puteri kecilku, malakikatku saat ini ada dipelukkanku tanpa tatapan kebencian. Ia menceritakan hal-hal yang jalani sepanjang harinya, bagaimana teman-temannya ada yang suka menggangunya, bagaimana gurunya selalu memujinya,  dan inilah hal yang selalu ingin kudengar setiap harinya.
“nanti kalau sudah besar Ai ingin jadi dokter hebat seperti bunda deh bunda” racaunya. Aku mencubit hidungnya.
“Airanya harus rajin belajar makanya sayang ya”
“janji deh bunda”
Ah begini rasanya diidolakan oleh anak sendiri.
“ekhem”
“eh Papa Ali sudah datang” teriak AIra sambil memeluk Ali. Aku melotot mendengar panggilan Aira
“PAPA?” teriakku
“bunda, kapan dong nikahnya sama papa Ali, nanti Aira pengen dandan yang cantik kaya princess”
Aku semakin melongo mendengar ucapan Aira , racun apa yang bocah itu berikan pada anakku.
“tenang sayang minggu depan papa janji aka nada pesta meriah dirumah ini” jawb Ali
“Asiiiikk”
Pluuugggg
Sebuah bantal ku lemparkan tepat kearah Ali
“bocah sableng!” sungutku sambil lalu
“Hahaha”  

End.

Senin, 12 Januari 2015

Puisi : Kamuflase



Setelah ku lalui semua denganmu
Awalnya sungguh terasa sangat indah
Aku bahagia,
Aku merasa sangat beruntung teleh memilikimu
Kau perlakukanku dengan kasihmu
Kau seolah menjadikanku
RATU DIHATIMU
Dan seolah kau benar-benar mencintaiku
Nyatanya?
Semua itu semu belaka
Itu semua hanya kamuflase yang kau ciptakan
Aku tak mengerti , sungguh ku tak pernah mengerti
Mengapa kau tega melakukan hal itu kepadaku?
Aku memang bukan yang terbaik
Namun selalu ku coba
Untuk jadi yang terbaik
Dari yang terbaik
Dan semuaya itu adalah untukmu
Ya hanya untukmu
Namun apalah dayaku
Jika itu memang tak cukup untukmu
Yang kulakukan hanyalah membiarkanmu
Membiarkanmu pergi
Membiarkan sayapmu terbang…